BERTUAHPOS.COM-TAK pernah terbayang dalam benak Olivia Lum, bahwa hidupnya bisa berubah 180 derajat. Dia kini terkenal sebagai ratu air dari Singapura. Bahkan namanya tercatat dalam daftar orang kaya versi majalah Forbes. Padahal, semasa kecil, hidup Oliva sangat papa. Kelaparan adalah teman sehari-harinya. “Aku dibesarkan di sebuah gubuk tanpa sanitasi yang layak dan tidak ada air yang mengalir, akunya.
Lahir di Kampar, Perak, Malaysia pada1961, Olivia tak ingat lagi wajah orang tua kandungnya. Jejak ayah ibunya raib hingga kini. Dia diadopsi oleh seorang nenek tunawisma dan tumbuh dalam asuhan di wilayah kumuh. Selain tak memiliki penghasilan, si nenek kecanduan judi yang membuat utang-utangnya menumpuk. “Kami tinggal di sebuah rumah yang sangat kecil, kalau hujan besar datang selalu kebanjiran,†kenangnya.
Bersama empat saudaranya sesama anak adopsi, Olivia kerap mendengar kata-kata kotor, umpatan, gerutuan, tangisan. Saat berjualan kue keliling untuk membiayai sekolahnya, dia juga menyaksikan banyak orang berkelahi demi sepiring nasi. Peristiwa itu membekas tajam di benaknya. Melahirkan tekad di hatinya untuk memperbaiki keadaan. “Saya tak mau hidup seperti ini selamanya,†ucap dia.
Olivia terpacu keras untuk memperbaiki nasibnya. Dia percaya mimpinya akan menjadi kenyataan apabila dia mau bekerja keras dan bertahan. Jembatan untuk mencapai itu semua adalah pendidikan. Karena dia sadar betul, pendidikan merupakan jalan keluar yang terbaik dari lorong kegelapan sekaligus akan mengangkat derajat kehidupannya.
“Untuk menggapai impian memang diperlukan kerja keras. Satu-satunya cara untuk maju adalah memilih tetap berdiri, belajar dari pengalaman, dan tidak mengulangi kesalahan yang sama,†tandasnya.
Â
Hijrah ke Singapura
Pada usia 15 tahun, Olivia memutuskan meninggalkan Malaysia dan hijrah ke Singapura. Negeri singa ini dipilih, karena dia melihat di negara tersebut memberi fasilitas pendidikan representatif. Di sini, ia bersekolah di Tiong Bahru Secondary School. Kemudian masuk Hwa Chong Junior College, selanjutnya Universitas Nasional Singapura (NUS) dan lulus sebagai sarjana kimia di tahun 1986.
Untuk mempertahankan hidupnya, Oliva bekerja serabutan. Dia menjual apa saja, mulai dari kosmetik sampai detektor asap. Sementara untuk biaya sekolahnya, dia mengejar beasiswa. Selepas kuliah, dia bekerja sebagai karyawan honorer di NUS. Saat usianya 28 tahun, barulah dia bekerja sebagai ahli kimia di perusahaan yang bernama Glaxo Pharmaceutical. Hanya empat tahun, dia tahan bekerja di situ. Olivia memutuskan keluar, memulai bisnisnya sendiri.
Pada tahun 1989, dia mendirikan perusahaan air mineral yang diberi nama Hyflux. Dengan modal awal sebesar SIN$ 20 ribu, hasil menjual mobil dan apartemennya, dia mulai mewujudkan mimpinya. Bisa jadi, langkah Oliva tepat, karena pada saat itu di Singapura belum ada satu perusahaan yang menawarkan produk air mineral. Hanya dalam rentang 10 tahun, Olivia membuktikan bahwa kerja kerasnya tak sia-sia.
Tahun 2000, perusahaannya berhasil menguasai pasar industri air mineral di Asia dengan segmen konsumen kelas atas. Pada 2005, dia meraup keuntungan bersih sebesar US$ 240 juta atau setara Rp 2,2 triliun, sementara aset yang dimilikinya sebesar SIN$ 1 miliar (sekitar Rp 6,5 triliun), dengan total pekerja berjumlah 800 orang. “Pada saat Hyflux berdiri, perusahaan saya dipandang sebelah mata. Saya hanya punya tiga orang karyawan dan harus bersaing dengan 20 perusahaan yang lain,†kenangnya.
Â
Kepuasan Pelanggan
Kunci sukses Olivia dalam mengelola bisnisnya, karena dia tak segan terjun langsung langsung pada proses produksi. Yang paling kentara, adalah saat Hyflux membuat percobaan daur ulang air guna dijadikan air minum pada 2001. Hasil usahanya tersebut membuahkan penghargaan bagi Hyflux sebagai perusahaan air mineral pertama di Singapura yang mampu mendaur ulang air guna dijadikan sebagai air minum.
Bahkan, dia juga berhasil membangun pabrik penyulingan air laut pertama di Singapura. Hyflux saat ini dikenal sebagai penyedia solusi dalam desalinasi air laut, daur ulang air, pengolahan air limbah, dan pengolahan air minum untuk pasar kota dan industri. Hyflux diakui sebagai salah satu pemasok desalinasi terbesar di dunia.
Kunci suksesnya yang lain adalah, bagaimana dia melayani pelanggannya dan menciptakan loyalitas pelanggan. Baginya pelanggan setara raja, karena itulah pelanggan harus dipuaskan. Berkat kegigihannya dalam menjaga kualitas pelayanan, ia selalu diundang ke mancanegara untuk membantu penyediaan air bersih. Salah satu negara yang menggunakan jasanya adalah China. Jika ada persoalan di lokasi kerja, dia akan terbang langsung dari Singapura ke China keesokan harinya untuk menyelesaikan persoalan.
Sikap inilah yang lantas membuat banyak pejabat di China terkesan dan mengundang Lum untuk terlibat dalam banyak proyek pengolahan air di negeri itu. Jangan heran, jika China menyumbang 40% pendapatan perusahaannya. Dia memiliki 20 proyek di sana. “Sampai saat ini, membran dan sistem Hyflux yang telah dipasang di lebih dari 1.000 pabrik di 400 lokasi di seluruh dunia,†katanya bangga.
Saat ini, Olivia sedang menjajaki bisnisnya Amerika dan Eropa Selatan. Mimpinya kini, menjadikan perusahaan terkemuka di dunia dalam mengupayakan solusi-solusi lingkungan yang inovatif dan efektif. (inilah.com)