BERTUAHPOS.COM (BPC) – Awal masuk sekolah selalu identik dengan masa orientasi sekolah (MOS). Siswa baru diarahkan agar mengikuti sejumlah kegiatan di bawah pengawalan seniornya untuk memberikan kesan positif dan menyenangkan terhadap lingkungan pendidikan barunya. MOS juga diterapkan untuk menumbuhkan rasa bangga terhadap almamater.
Namun realitas kini, MOS tak lagi pada arti sebenarnya. Yang terjadi malah MOS menjadi ajang ‘pemuasan’ para senior kepada siswa baru. Tak jarang MOS diwarnai kekerasan hingga berujung pembunuhan.
Di beberapa daerah, MOS menjadi persoalan pelik lantaran siswa baru hanya diperintahkan untuk melakukan sesuatu hal di luar akademis. Seperti dalam gambar yang beredar di media sosial, siswa baru diharuskan berciuman sesama jenis bahkan dipaksa makan sendal jepit. Terlihat juga perploncoan seperti layaknya masuk sekolah militer.
Untuk mengetahui lebih jauh cerita-cerita miris saat MOS, berikut rangkumannya:
1. Dianiaya senior saat MOS, 2 siswa SMK luka robek dan kejang-kejang
Kasus penganiayaan senior terhadap junior saat MOS pernah terjadi di Solo. Dua orang siswa kelas 1 SMK Pelayaran Pancasila, Jalan Slamet Riyadi 82, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah bernama Agus Riyanto dan Andri Beni, harus dilarikan ke rumah sakit di sela mengikuti pendidikan dasar ketarunaan, Senin (10/8).
Kedua siswa mengalami luka di beberapa bagian tubuh. “Saya dan satu regu berjumlah 20 siswa diminta untuk baris berbaris, tapi dianggap salah oleh kakak senior. Kemudian saya dan teman saya langsung ditarik keluar dari barisan. Saya ditampar, ada yang dipukul dan ditendang juga,” ujar Andri, Selasa (11/8).
Andri mengatakan, selama kegiatan pendidikan dasar ketarunaan, dia juga diminta senior untuk membawa air mineral berukuran 1,5 liter sebanyak empat botol. Satu botol air mineral tersebut digunakan untuk 20 siswa. Sementara satu orang siswa hanya boleh minum sebanyak satu tutup botol.
Tak hanya itu, para siswa juga dilarang minum air. Mereka baru boleh minum setelah istirahat dan kegiatan selesai. “Satu orang hanya boleh minum satu tutup botol,” cerita Andri.
Sementara itu Agus Riyanto warga Delanggu, Klaten, korban lainnya saat ini masih terbaring lemah di bangsal Al Mukmin Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Kartasura.
Dia terlihat pucat dan masih trauma atas peristiwa yang menimpanya saat MOS tersebut. Agus enggan menjawab pertanyaan dari wartawan terkait kekerasan yang dialaminya.
Sumiyati, orangtua Agus menuturkan anaknya mengalami luka cukup serius. “Sebelum dibawa ke rumah sakit anak saya kejang-kejang. Mungkin ditendang di bagian perut. Kemarin dibawa ke rumah sakit sudah dalam keadaan lemah,” katanya.
Â
2. Agus dianiaya saat MOS SMK Pelayaran
Kepala Sekolah SMK Pelayaran Pancasila, Kartasura, Sukoharjo, Agus Nadi tak menampik terjadinya penganiayaan terhadap siswa baru, saat acara MOS Pendidikan Dasar Ketarunaan, pada Senin (10/8). Namun dia berdalih pendidikan dasar ketarunaan tersebut dilakukan siswa senior untuk melatih kedisiplinan siswa.
“Pendidikan dasar ketarunaan ini kita lakukan agar siswa berlatih kedisiplinan. Namun kalau terbukti ada penganiayaan, kami akan berikan sanksi tegas,” ujar Agus Nadi kepada wartawan, Selasa (11/8).
Agus Nadi mengaku pihaknya kecolongan. Selama ini pihaknya telah melarang para siswa menggunakan kekerasan. Ia menambahkan, siswa calon taruna muda yang mengikuti Mos dan Diksartar, ada 127 siswa. Terdiri dari 121 siswa, dan 6 siswi.
“Para siswa baru ini sebenarnya mendapatkan latihan fisik. Yakni baris berbaris, lari dan kepemimpinan seperti layaknya militer. Kami menduga aksi kekerasan terjadi saat tengah istirahat, sehingga tidak ada pantauan dari guru atau pembimbing. Kami akan segera mengundang kedua belah pihak,” tandasnya.
Ibu korban, Sumiyati menceritakan saat MOS, Agus disuruh bergulingan lalu dipukul di bagian perut hingga pingsan. Usai peristiwa tersebut, Agus langsung dilarikan ke rumah sakit. Ia mengaku sempat pingsan saat melihat kondisi Agus yang tidak sadarkan diri di rumah sakit.
Ayah korban, Sutarmin mengatakan pihak keluarga tidak rela dengan aksi kekerasan yang terjadi di sekolah. Dia meyakini, anaknya dihajar senior saat mengikuti MOS pada 27-29 Juli di dalam sekolah dan Kependidikan Dasar Ketarunaan (Diksartar) pada 10-12 Agustus di Lapangan Gunung Kunci RT 5 Dukuh Manggisan, Kecamatan Kartasura.
“Anak saya dipukul di bagian kepala dan perut, serta ditendang. Kepalanya memar, perut memerah dan muntah-muntah, bahkan kencing darah. Saat ini belum bisa bicara,” katanya kesal.
Â
3. Siswa SMP di Bekasi meninggal setelah mengikuti MOS
Seorang siswa SMP Flora, Pondok Ungu Permai, Kota Bekasi, Evan Christopher Situmorang (12), dilaporkan meninggal dunia setelah mengikuti MOS. Evan meninggal pada Kamis (30/7) lalu.
“Evan Christopher Situmorang meninggal karena kecapekan akibat MOS,” tulis Selly Christina Siregar, teman dari keluarga Evan, lewat akun Facebook-nya.
Dari cerita keluarga, kata Selly, Evan dalam kondisi sehat sebelum berangkat MOS. “Adik kami rajin olah raga, renang, football, bulu tangkis,” ujar dia.
Setelah mengikuti MOS, cerita Selly, Evan juga masih sekolah pada tanggal 27 Juli lalu atau saat hari pertama masuk sekolah. Pada hari itu, guru menelepon orangtua Evan agar menjemput anaknya yang terlihat sakit.
“Suruh dibawa ke Puskesmas Medan Satria, disuruh pulang lagi karena butuh istirahat,” kata dia.
Evan kemudian dirawat di rumah sampai akhirnya dilarikan ke rumah sakit karena kejang-kejang. “Tapi rumah sakit pertama menolak, alasan nggak ada alat. Dia dibawa ke Rumah Sakit Citra, di jalan sudah lewat,” kata Selly sedih.(merdeka)