BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau mencatat bahwa tren pertumbuhan ekonomi Riau, selama 3 tahun belakangan mengalami penurunan. Namun penurunan pertumbuhan ekonomi Riau itu masih dalam stimulus positif.
Kepala Bidangn Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Riau, Joni Kasmuri menjelaskan Pertumbuhan Domestik Regional Bruto (PDRB) dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi Riau sepanjang tahun 2015 lalu hanya tumbuh sebesar 0,22 persen.
“Jikapun dikeluarkan sektor migasnya, pertumbuhan eknomi Riau masih tumbuh sebesar 0,21 persen. Artinya sektor migas hanya memberi andil sedikit terhadap pertumbuhan ekonomi Riau 2015,” katanya, Jumat (05/02/2015).
Pertumbuhan ekonomi Riau masih digerakkan oleh kontruksi dan perdagangan. Perbandingan pertumbuhan ekonomi Riau triwulan ke IV dibanding triwulan ke III, masih mengalami peningkatan sebesar 1,39 persen.
“Perkategori, jasa lainnya memberi sumbangan terbesar, yakni 10,14 persen. Sementara sektor yang mengalami pertumbuhan paling rendah adalah sektor perkebunan, yakni sebesar 0,35 persen. Sementera sektor yang paling merosot adalah sektor pertambangan yakni minus 6,91 persen,” katanya.
Untuk sementara ini Riau masih memberi sumbangan besar terhadap pembentuk PDRB Pulau Sumatera, namun demikian sejak tahun 2010 share-nya sudah berkurang. Namun demikian, Riau harus teta berhari-hati, jika share Riau anjlok maka kemungkinan besar PDRB Pulau Sumatera akan turun tajam.
PDRB Riau atas dasar harga berlaku mencapai Rp 652,39 triliun dan PDB kapita mencapai Rp 102,83 juta. Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 5,95 persen.
Ekonomi Riau triwulan ke IV tahun 2015, dibanding triwulan yang sama di tahun 2014 mengalami pertumbuhan sebesar 4,45 persen. Memang terjadi percepatan pertumbuhan ekonomi, untuk ditahun 2015.
“Konsumsi pemerintah di Riau ini sangat kecil. Hanya 3 persen lebih. Perekonomian Riau dari sisi pengeluaran realisasi APBD Riau 2015 lalu memang sangat kecil. Alokasi anggarannya itu jika dibandingkan PDRB Riau hanya 3,60 persen. Jauh dari konsumsi rumah tangga, 34 persen lebih,” sambungnya.
Namun demikian jika konsumsi Rumah tangga yang justru memberi peranan, maka dapat dipastikan pertumbuhannya tidak bagus. Jika anggaran pemerintah Riau dari sisi belanja modal didrop secara maksimal maka akan memberikan multiflyer efek yang bagus terhadap pertumbuhan ekonomi.
“Di Riau porsi yang lebih hanya dibelanja pegawai. Tapi belanja modal tidak. Maka hal itu dapat dilihat dari pertumbuhan pembangunan ekonomi di Riau tahun 2015 lalu,” katanya. (Melba)