BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, memperkirakan Januari hingga Maret 2016 wilayah Provinsi Riau memasuki musim kemarau. Bahkan beberapa kali melalui satelit Terra dan Aqua terpantau hotspot atau titik api.
Tentu saja hal ini membuat para pelaku usaha di Pekanbaru mulai mengkhawatirkan musibah kabut asap akibat kebakaran lahan dan hutan (Karlahut) seperti yang terjadi pada tahun 2015. Seperti yang disampaikan General Manager (GM) Pesonna Hotel Pekanbaru, Agus Salim kepada kru bertuahpos.com. “Tentunya kita mengkhawatirkan hal itu,” katanya belum lama ini.
Kendati Pesonna Hotel baru akan beroperasi pada Februari 2016 mendatang, Agus sudah mengetahui akibat asap Karlahut sangat berdampak bagi ekonomi khususnya di bidang jasa. Di mana saat itu, Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru sempat tutup dikarenakan jarak pandang yang minim.
Sehingga tingkat okupansi atau hunian kamar hotel berbintang rendah. Sehingga tidak sedikitt hotel terpaksa merumahkan karyawannya, guna efisiensi biaya operasional yang tinggi. “Kita berharap pemerintah bisa mengantisipasi hal ini,” tutur Agus Salim.
Hal yang sama juga disampaikan Station Manager Maskapai Citilink Area Pekanbaru, Ridwan. Bahkan operator penerbangan anak dari Garuda Indonesia ini sempat tidak terbang dikarenakan tidak adanya kepastian cuaca yang membaik untuk dilakukan penerbangan.
Meski tidak merinci besaran kerugian yang dialamai selama tiga bulan musibah asap yang melanda Riau, Ridwan menyebutkan Citilink sangat terkena dampak Karlahut tersebut. Apalagi pesawat Citilink yang sempat terbang dari Jakarta harus dialihkan, karena jarak pandang di Bandara SSK II tidak memungkinkan until mendarat. “Belum lagi pembayaran tiket yang sudah masuk ke sistem harus kita keluarkan lagi karena penumpang yang meminta refound. Secara bisnis kita tentu rugi,” katanya, Sabtu (16/01/2016). Ridwan berharap tahun 2016 menjadi titik balik untuk geliat bisnis di Ibu Kota Provinsi Riau.
Selain itu, pebisnis dibidang ekspedisi seperti yang dialami PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE), penyedia layanan pengiriman barang JNE Logistics area Pekanbaru, Provinsi Riau. “Wah saat kabut asap tahun lalu omser kita jauh menurun, tidak seperti yang kita targetkan,” kata Wakil Kepala cabang JNE Pekanbaru Zulheri Adha.
Saat musibah Karlahut tersebut JNE Pekanbaru mesti mengeluarkan biaya operasional lebih dikarenakan seluruh paket harus didatangkan atau diberangkatkan ke Bandara International Minang Kabau (BIM), Padang. “Jadi kita harus mengeluarkan biaya lebih. Tetapi JNE tidak menaikkan biaya pengiriman karena kita mengedepankan kepuasan costumer,” sebutnya. Untuk itu Heri mengharapkan agar Pemerintah daerah dan Riau melakukan tindakan antisipasi agar musibah tersebut tidak terulang.
Sebagai informasi tahun 2016, Pemerintah Provinsi Riau telah menganggarkan Rp 132 miliar yang tersebar di beberapa satuan terkait, di antaranya dinas perkebunan, kehutanan, kesehatan, sosial, Badan Penanggulangan Bencana daerah, dan Badan Lingkungan Hidup untuk mencegah karlahut terjadi lagi. (Riki)