BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Kepala Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan, Badan Lingkungan Hidup Kehuatanan (BLH) Provinsi Riau, Martin menegaskan, lebih kurang 80 persen kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau terjadi karena faktor kesengajaan.
Â
“Penyebab kebakaran karena faktor alam paling cuma satu persen,” katanya, di Pekanbaru, Selasa (08/09/2015).
Â
Kata Martin, pernyataan ini bukan tanpa landasan. Penyebab pembakaran lahan yang tidak terkendali adalah hal yang patut untuk dikhawatirkan. 99 persen kasus kebaran hutan dan lahan di Riau dilakukan oleh manusia. 10 persen diantaranya dilakukan dengan cara tidak disengaja. “Sisanya karena faktor kesengajaan,” sambungnya.
Â
Dia menyakini bahwa dari fakta yang tertera selama ini, pola tata kelola air atau water mamagemen tidak berbukti berhasil mengatasi gambut yang kering. Justru inilah akar masalahnya. Akibat banyak proses pengeringan gambut lewat kanal-kanal, air di lahan gambut mengalami penyusutan drastis.
Â
“Karena pengelolaan air sekarang sudah lost water manajemen. Apalagi dikelola oleh perusahaan besar. Sebab kanal itu harus lebih dalam dari parit alam. Tingkat pengeringan akan lebih tinggi. Orang kalau membuka lahan karena dipaksakan dan keserakahan, kerusakanlah dampaknya,” sambung Martin.
Â
Pernyatan itu dia sampaikan secara blak-blakan kepada peserta seminar Riau Merdeka asap yang berlangsung di Perpustakaan Soeman HS, Selasa (08/09/2015).
Â
Persoalan yang lebih penting saat ini, menurut Martin adalah bicara soal hak manusia tentang hidup sehat. Saat terjadi kebakaran yang meluas di lahan gambut, terjadi emisi besar-besaran. Belum lagi sisa limbah pabrik yang dilempat ke alam terbukan, bercampur dengan asap transportasi. “Itulah yang masuk ke rumah dan kita hirup sekarang,” sambungnya.
Â
Sementara itu, Corporate Communications Manager PT Riau Andalan Palp and Paper Djarot Handoko menjelaskan bahwa perusahaan Taipan itu, sejak jauh-jauh hari sudah memiliki komitmen membuka lahan tanpa membakar.
Â
“Tidak mungkin bagi kami melakukan pebakaran. Karena sekecil apapun kayu adalah bahan baku kami. Lagi pula unsur hara dari hasil pembakaran tidak baik untuk tanaman,” katanya.
Â
Dia menegaspan, anak perusahaan April itu bahkan sudah memberikan penghargaan kepada desa yang menyumbangkan kebakaran hutan dan lahan. Langkah lain yang dilakukan adalah pemberdayaan ketua desa untuk selalu melakukan koordinasi dengan Masyarakat Peduli Api yang sebelumnya telah dibentuk oleh Pemerintah Provinsi Riau.
Â
“Kami juga melakukan bantuan pembukaan lahan ertanian, berkoordinasi dengan masyarakat, dan ikut melakukan pemantauan kualitas udara,” sambugnya. (Melba)