BERTUAHPOS.COM, Jakarta : Produsen gas swasta, PT Blue Gas Indonesia sepertinya mampu menciptakan manajemen penjualan dan distribusi apik dalam menjalankan bisnis gasnya di Tanah Air. Sebenarnya apa saja yang dilakukan perusahaan ini sehingga punya citra baik dari pengecer resmi elpiji Blue Gaz?.
Pantauan Liputan6.com dari salah satu Pengecer Resmi Blue Gaz Toko Cahaya Abadi di Cempaka Barat, Hilwani berkesempatan menuturkan kelebihan manajemen Blue Gas Indonesia dibanding Pertamina. Sebab Wanita paruh baya ini juga sempat menjadi pengecer elpiji Pertamina ukuran 12 kilogram (kg).
Dia mengakui, Blue Gas Indonesia sudah menetapkan harga akhir, sehingga agen maupun pengecer tak bisa seenaknya menarik keuntungan sebesar mungkin dari harga elpiji Blue Gaz baik yang berukuran 3 kg maupun 5,5 kg.
“Dari sana sudah ada tulisan bahwa harga jual ke konsumen, misalnya sekarang harganya Rp 85 ribu per tabung untuk elpiji 5,5 kg. Kami beli dengan harga Rp 81 ribu per tabung, artinya kami tidak bisa lagi jual elpiji itu lebih tinggi. Jadi untung cuma Rp 4 ribu per tabung,” jelas Hilwani kepada Liputan6.com di rumahnya kawasan Cempaka Barat, Jakarta Pusat, Selasa (7/1/2014).
Sedangkan beberapa bulan sebelumnya, sambung dia, harga elpiji Blue Gaz ukuran 5,5 kg dibanderol sebesar Rp 90 ribu dari harga beli distributor sebesar Rp 84 ribu. Sehingga ada keuntungan Rp 6 ribu per tabung. Sedangkan tabung ukuran 3 kg dihargai Rp 45 ribu per tabung.
“Karena sudah dipatok harga konsumen dari sananya, maka tidak ada pengecer yang main nakal. Semua sudah ditentukan,” tegas Ibu dari lima orang anak itu.
Saking larisnya, dia menyebut, mampu menjual elpiji 3 kg dan 5,5 kg sebanyak 10 tabung per hari jika sedang ramai. Sementara pengisian atau distributor dari pihak Blue Gaz Indonesia sesuai dengan stok gas yang habis.
“Kalau mengisi pun tidak perlu datang ke kantornya atau distributor, karena mereka akan datang sendiri untuk mengganti tabung gas yang kosong sesuai barang yang habis. Bisa harian atau mingguan,” ujarnya.
Bandingkan dengan Pertamina yang belum menentukan harga jual akhir sampai ke tangan konsumen. Artinya, agen penjual bisa dengan mudah menaikkan harga dengan keuntungan tinggi, sehingga berpotensi memunculkan agen-agen elpiji nakal.
Hilwani menambahkan, Blue Gaz diklaim lebih sulit dioplos karena memasang segel yang sama di setiap daerah. Sedangkan konsumen kerap menemukan pengecer elpiji Pertamina dengan segel berbeda tergantung wilayah.
“Konsumennya bilang berat elpiji dari Pertamina kurang dari ukuran. Juga sering dioplos karena ada yang tahu segelnya beda-beda padahal di wilayah yang sama,” ujarnya.
Hilwani mengatakan, kenaikan harga elpiji Blue Gaz yang sempat terjadi diiringi dengan peningkatan kualitas tabung gas. “Misalnya saja yang sudah berkarat sekali diganti, atau dicat ulang. Jadi kualitas sebanding dengan harga,” cetusnya. (Fik/Nrm/liputan6.com)