BERTUAHPOS.COM,Jakarta -Di tangan orang-orang kreatif, sampah bisa menjadi barang berguna dan memiliki nilai komersial. Misalnya Haerani Erlina Farida, seorang wanita yang mengolah gulungan-gulungan koran yang tidak terpakai menjadi produk unik dan berharga.
Ia membuat kerajinan tangan unik terbuat dari limbah koran. Kisah awal usahanya dari niat memanfaatkan sampah koran tak terpakai, berbekal ilmu membuat kerajinan semasa sekolah dulu, Ranny kini bisa meraup jutaan rupiah per bulan hanya dari koran bekas.
“Saya memanfaatkan limbah agar ada nilai tambah. Terutama untuk go green. Saya lihat koran daripada dikilo-in, lebih baik dipakai kerajinan,” kata Ranny kepada detikFinance di IKM Expo 2013 di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa (3/12/2013).
Ranny memulai usahanya sejak tahun 2011 dan kini telah memiliki 8 tenaga ahli dan sekitar 30 pekerja serabutan. Pasar dari produk yang disebut Ranny Kreasi ini tak hanya dipasarkan di Indonesia.
Ranny mendapatkan pesanan rutin tahunan dari kantor Kedutaan Indonesia di Arab Saudi untuk produk cenderamata. Meski jumlahnya tak begitu besar, baginya itu cukup untuk mengenalkan produk karya Indonesia di mata internasional.
“Saya juga pernah ikut pameran di Bangkok Oktober 2011, dan pembelinya cukup banyak,” jelasnya.
Dari usahanya ini, Ranny mengaku mendapatkan omzet tak menentu, rata-rata tak kurang dari Rp 2 juta/bulan. Tak banyak memang, namun bisa memberikan inspirasi bagi masyarakat luas tentang pentingnya menjaga lingkungan dan menjadikan sesuatu yang tak bernilai menjadi sesuatu yang memiliki nilai tambah.
Untuk urusan modal yang dikeluarkan Ranny tak begitu merogoh kocek yang dalam. Dalam sebulan, setidaknya 50-60 kilogram koran menjadi bahan baku utama yang didapatkan Ranny dari pemasok dengan harga Rp 1.000/kg. Itu artinya, untuk bahan baku di luar lem dan furnish, Ranny hanya harus merogoh kocek Rp 50.000/bulan.
“Dijadikan hiasan yang harganya Rp 15.000, itu nggak sampai sekilo koran bahan bakunya,” tuturnya.
Produk yang dijual Ranny berbahan baku koran dan lem kertas juga pelitur dan furnish untuk tahap finalisasi. Untuk satu produk berukuran kecil dibutuhkan waktu pembuatan tak lebih dari 1 hari, sedangkan untuk ukuran besar bisa menghabiskan waktu sampai 1 minggu.
“Harganya Rp 5.000-350.000,” katanya.
Dia berharap, pemerintah bisa membantu mengembangkan usahanya dengan mempermudah produk IKM agar dapat dipasarkan di tempat lain. Saat ini, produk Ranny hanya dipasarkan lewat internet dan workshop miliknya di Komplek Keuangan, Joglo Jakarta Barat.
“Saya pengen masuk supermarket, dijual di bandara dan lainnya,” kata dia.
Selain mengembangkan usahanya ini, Ranny pun kerap memberikan pelatihan wirausaha kepada para pengusaha pemula bagaimana cara beriwrausaha. Wanita yang tergabung dalam Komunitas Daur Ulang ini pun berencana membangun Rumah Daur Ulang. Sebuah workshop di dalamnya terdapat produk-produk daur ulang bernilai tambah.(detik.com)
Â