BERTUAHPOS.COM – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) menghadapi tekanan yang semakin besar pada perdagangan spot hari Jumat, 22 Agustus 2024.
Kekhawatiran pelaku pasar terhadap eskalasi politik di dalam negeri dan kehati-hatian investor global menjelang pidato Gubernur Federal Reserve Jerome Powell di Jackson Hole menjadi faktor utama yang menekan rupiah.
Sinyal pelemahan rupiah juga terlihat jelas di pasar offshore.
Pada penutupan bursa New York dini hari tadi, nilai tukar rupiah di pasar offshore melemah tajam hingga 1,57% untuk kontrak Non-Deliverable Forward (NDF) USD/IDR dengan tenor 1 bulan.
Sementara itu, kontrak NDF dengan tenor 1 minggu melemah 1,36%, bersamaan dengan penguatan indeks dolar AS sebesar 0,46%.
Pagi ini, rupiah di pasar offshore diperdagangkan dalam rentang Rp15.608 hingga Rp15.768 per USD.
Posisi ini jauh lebih lemah dibandingkan penutupan rupiah di pasar spot, yang berada di level Rp15.600 per USD, mencerminkan pelemahan sebesar 0,74%.
Sementara itu, ketegangan politik di Indonesia semakin meningkat setelah rencana pengesahan RUU Pilkada oleh DPR-RI yang dinilai menyimpang dari tafsiran Mahkamah Konstitusi.
Kekhawatiran ini memicu aksi jual di pasar surat utang dan membuat indeks saham hampir tergerus hingga 1% dalam waktu singkat.
Pada Kamis malam, Wakil Ketua DPR-RI, Sufmi Dasco Ahmad, menyatakan bahwa pengesahan RUU Pilkada tidak akan dilanjutkan dan menyerahkan kepada KPU untuk menetapkan aturan berdasarkan tafsiran Mahkamah Konstitusi.
Meski demikian, masyarakat sipil tetap waspada dan menjaga kemungkinan adanya manuver politik selanjutnya. Kondisi ini membuat situasi politik tetap tegang.
Presiden Joko Widodo, di tengah meningkatnya demonstrasi menentang RUU Pilkada pada Kamis, memanggil Menteri Keuangan Sri Mulyani ke Istana Kepresidenan.
Pertemuan yang berlangsung pada pukul 15.20 WIB tersebut tidak menghasilkan pernyataan resmi dari Sri Mulyani, yang meninggalkan istana tanpa memberikan komentar kepada media.
Selain faktor politik domestik, rupiah juga terbebani oleh data transaksi berjalan yang mencatat defisit sebesar USD 3 miliar pada kuartal II-2024, melebihi prediksi pasar.
Defisit transaksi berjalan yang semakin besar ini akan mengurangi dukungan bagi rupiah ke depannya dan mengikis potensi penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) tahun ini, menurut analisis Mega Capital Sekuritas.
Meskipun IHSG mengalami penurunan kemarin, investor asing masih mencatatkan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp1,26 triliun, menjadikannya aksi beli beruntun selama 12 hari di bursa saham.
Di pasar surat utang, data terakhir pada 21 Agustus menunjukkan bahwa investor asing juga mencatatkan net buy sebesar Rp1,51 triliun, menandai pembelian beruntun selama 10 hari.***(Bloomberg Technoz)