بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillâhirrahmânirrahîm
Wasshalâtu wassalâmu ‘alâ Muhammadin wa âlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘âmmati wal-hidâyatit tâmmah, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.
Sahabatku terkasih, Nabi Muhammad SAW begitu sangat mencintai umatnya. Hingga di saat menjelang akhir hayatnya, sang penghulu Rasul itu tetap memikirkan nasib umatnya. Cinta terhadap umatnya tak tertandingi.
Bahkan ketika merasakan dahsyatnya rasa sakit sakaratul maut, Rasulullah SAW masih sempat berdoa untuk keselamatan umatnya. “Ya Allah, dahsyat sekali maut ini. Timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku. Jangan (timpakan) kepada umatku,” doa Nabi Muhammad SAW.
Saat tubuh sang kekasih Allah SWT kian melemah, bibirnya masih bisa bergerak. Kepada Ali bin Abi Thalib, sepupu juga menantunya, Rasulullah SAW meninggalkan ‘wasiat, “Peliharalah shalat dan peliharalah orang- orang yang lemah di antara kalian, Ummati…ummati..ummati.” Nabi Muhammad SAW wafat pada 8 Juni 632 di Madinah dalam usia 63 tahun.
Selama hidup, Rasulullah SAW pernah menyampaikan kekhawatirannya tentang sesuatu yang akan terjadi pada umatnya nanti. Pertama, seperti dikutip dari Kitab Maraqi Al-‘Ubudiyyah karya Syekh Nawawi Al-Bantani, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Aku lebih mengkhawatirkan apa yang akan terjadi pada kalian daripada kekhawatiranku pada dajjal.”
Salah seorang sahabat kemudian bertanya, “Apakah itu, wahai Rasulullah?”
Rasulullah SAW bersabda, “Ulama yang buruk.”
Menurut Syekh Nawani al-Bantani, maksud dari kalimat, “ulama yang buruk” itu adalah orang munafik yang memiliki banyak ilmu di bibir tetapi tidak mengamalkan ilmunya. “Ia (ulama yang buruk) mengajak manusia ke jalan Allah padahal ia memperdaya dan menipu mereka,” tulis Syekh Nawawi al-Bantani dalam Kitab Maraqi Al-‘Ubudiyyah.
Disebutkan juga dalam hadits riwayat Imam Ahmad bin Hanbal dari Umar bin Khattab, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya apa yang paling aku takutkan pada umatku adalah orang munafik yang alim secara lisan.”
قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : “إِنَّ أَخْوَفَ مَا اَخَافُ عَلَى أُمَّتِيْ كُلُّ مُنافِقٍ عَلِيْمٍ اللِّسَانِ”
Ada juga sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal dan ath-Thabrani dari Abu Darda, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya apa yang paling aku takutkan pada umatku adalah para ulama yang menyesatkan.”
قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : “إِنَّ أَخْوَفَ مَا اَخَافُ عَلَى أُمَّتِيْ الْأَئِمَّةُ الْمُضِلُّوْنَ”
Syekh Nawawi al-Bantani mengatakan, dajjal muncul untuk menyesatkan manusia sama seperti ulama yang buruk. Di satu sisi ulama yang buruk ini melalui lisannya menyeru manusia untuk berpaling dari sikap mencintai dunia. Namun di sisi lain melalui tindakan dan perilakunya si ulama ini justru mengajak umat untuk mencintai dunia. Nabi Muhammad SAW khawatir adanya ulama yang buruk dan menyesatkan di tengah umatnya.
Rasulullah SAW begitu sayang kepada umatnya. Bahkan, diceritakan dalam suatu riwayat, Beliau sampai meneteskan air mata karena memikirkan umatnya.
Kisah ini diceritakan dalam hadits shahih Muslim dari Abdullah bin ‘Amru bin Ash. Ia mengisahkan, ketika Rasulullah SAW membaca ayat Al-Qur’an yang menceritakan tentang perkataannya Nabi Ibrahim dan Nabi Isa,
رَبِّ اِنَّهُنَّ اَضْلَلْنَ كَثِيْرًا مِّنَ النَّاسِۚ فَمَنْ تَبِعَنِيْ فَاِنَّهٗ مِنِّيْۚ وَمَنْ عَصَانِيْ فَاِنَّكَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
“Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka (berhala-berhala itu) telah menyesatkan banyak manusia. Maka, siapa yang mengikutiku, sesungguhnya dia termasuk golonganku. Siapa yang mendurhakaiku, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Ibrahim:36)
اِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَاِنَّهُمْ عِبَادُكَ ۚوَاِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَاِنَّكَ اَنْتَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ ١١٨
“Jika Engkau menyiksa mereka, sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu. Jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkaulah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS Al Maidah: 118)
Rasulullah SAW pun berkata, “Ya Allah, Umatku! Umatku!”
Kemudian, Rasulullah SAW pun menangis. Lalu Allah SWT berkata, “Wahai Jibril, pergilah kamu kepada Muhammad dan ketahuilah bahwa Tuhanmu Mahatahu. Bertanyalah kamu kepada Muhammad, apa yang menyebabkan dia menangis?”
Maka Jibril mendatangi Nabi Muhammad SAW dan bertanya kepadanya apa yang membuatnya menangis. Kemudian, Nabi SAW menjawab, bahwa dirinya sangat mengkhawatirkan umatnya kelak di akhirat nanti.
Setelah itu, Malaikat Jibril menyampaikan apa yang telah dikatakan Nabi SAW kepada Allah SWT. Allah SWT berkata, “Wahai Jibril, pergilah kamu kepada Muhammad dan katakanlah kepadanya kata-kata ini: sungguh, Aku (Allah) akan memberikan syafaat kepada umatmu dan Aku tidak akan menelantarkanmu.”
Diantara kita sekarang ini banyak berhala-berhala baru yang bermunculan bahkan lebih banyak daripada berhala di zaman Rasulullah sehingga beliau meresahkan dan mengkhawatirkan umatnya.
Saat ini muncul berhala modern seperti berhala ketokohan, berhala parpol, berhala medsos, berhala jabatan yang menggiurkan dan banyak berhala yang bersembunyi di hati manusia dan terus menggoda untuk menyembahnya.
وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ الْأَصْنَامَ
Wajnubnii wa baniyya an na’budal ashnam
Jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala
Rasulullah SAW bersabda:
والذي نفسي بيده، للشرك أخفى من دبيب النمل على الصفا، ألا أدلك على شيء إذا قلته ذهب عنك قليله وكثيره، قل
“Demi Dzat yang jiwaku berada ditanganNya, sungguh kesyirikan lebih tidak tampak dibanding seekor semut di atas sebuah batu yang licin. Ketahuilah, aku akan mengajarkanmu sebuah doa, jika kamu membacanya, segala bentuk kesyirikan baik sedikit maupun banyak akan hilang darimu. Ucapkanlah:
اللهم إني أعوذ بك أن أشرك بك وأنا أعلم، وأستغفرك لما لا أعلم
“Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari perbuatan syirik yang aku ketahui, dan aku meminta ampun kepadaMu dari perbuatan syirik yang tidak aku ketahui.” (HR. Bukhari dalam kitab Adabul Mufrad no. 716).
Wallahu ‘alam….
Oleh : Dr Supardi SH MH
Kepala Kejaksaan Tinggi Riau
Als Rd Mahmud Sirnadirasa