BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Provinsi Riau setiap tahun selalu menjadi antensi pemerintah. Riau memiliki catatan sejarah perjalanan panjang mengenai karhutla
Wakil Gubernur Riau, Edy Natar Nasution mengatakan, Karhutla Provinsi Riau telah menyebabkan timbulnya dampak kerugian dari berbagai sisi. Seperti kerugian di sektor pendidikan, ekonomi, kesehatan, termasuk sosial kemasyarakatan
Saat asap akibat Karhutla melanda, sekolah diliburkan, aktivitas penumpang baik jalur laut, darat dan udara terhambat bahkan harus ditutup sementara. “Jadwal penerbangan pesawat yang harus ditunda, bahkan dibatalkan dan sebagainya,” katanya di Pekanbaru beberapa waktu lalu.
Di sisi lain, masyarakat menderita penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) akibat asap, sehingga sudah seharusnya kita mencari solusi yang tepat agar permasalahan bencana asap ini dapat teratasi.
Edy menyebut, bencana Karhutla Provinsi Riau tak lepas dari luasnya sebaran lahan gambut yang mencapai sekitar 5,095 juta hektar atau sekitar 52% dari total lahan gambut di Pulau Sumatera.
Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa itu menjadi salah satu kendala yang dihadapi pemerintah dalam pengendalian karhutla. “Lokasi kebakaran yang sulit dijangkau, serta ketiadaan sumber air akibat kanal atau embung yang mengering juga menjadi kendala,” jelasnya.
Dia mengklaim, bahwa pemerintah telah melakukan upaya penanganan dengan mengerahkan sumber daya yang ada. Pemerintah Daerah dengan didukung dan didampingi oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan segala upaya penanggulangan dengan tidak mengenal hari libur, seperti pengerahan Satgas Bidang Pemadaman Darat (TNI, Polri, Manggala Agni, BPBD Damkar, Kelompok Masyarakat Peduli Api/MPA).
Selain itu, Satgas Bidang Perawatan dan Pelayanan Kesehatan, Satgas Bidang Penegakan Hukum, Satgas Bidang Pemadaman melalui udara dengan menggunakan Water Bombing dan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). “Kita tidak menyerah dengan keadaan,” tegasnya.
“Maka dari itu kami berharap seluruh instansi dan stakeholder lainnya dapat berkoordinasi dan berkolaborasi dalam menanggulangi bencana karhutla, saling bahu-membahu dan bekerjasama dalam mewujudkan Riau Bebas Asap Tahun 2023,” pungkasnya.
Sebagai informasi, dari prediksi BMKG terdapat potensi terjadinya El Nino setelah 3 tahun terakhir 2020, 2021, 2022 terjadi La Nina. Sehingga diperkirakan akan terjadi peningkatan potensi karhutla seperti yang terjadi di tahun 2019.
Musim kemarau periode pertama terjadi pada Februari sampai dengan bulan Maret 2023 di sebagian wilayah Riau, terutama bagian Utara. Sedangkan musim kemarau periode kedua diperkirakan dimulai pada bulan Juni 2023.***