RIAU begitu terkenal dengan asap dan Karhutla. Identitas ini sudah melekat sejak dulu kala, jauh sebelum hiruk pikuk aktivitas industri ada.
Namun fakta berbicara bahwa membuka lahan dengan cara bakar, bak sudah jadi budaya. Tak cuma masyarakat, cara itu juga dilakukan oleh swasta. Akibatnya, asap selalu ada, hutan kian sirna, ratusan ribu jiwa sesak nafasnya karena Ispa.
Asap dan Karhutla di Riau kian menjadi atensi pemerintah sejak tahun 2014 lalu. Tahun di mana seluruh daerah di Riau menjadi gelap kelabu, bahkan jerebu terbang ke seberang negara, sampai bikin Malaysia dan Singapura angkat suara.
Komitmen Zero Fire hadir seiring dengan keterlibatan pihak swasta yang turut ambil bagian. Karena mereka juga sadar kalau Karhutla lebih banyak bikin sengsara. Bagaimana tidak, saat asap menyerbu, aktivitas perusahaan terganggu, ekonomi masyarakat meredup, sekolah ditutup.
Perang melawan Karhutla sudah sama seperti perang melawan penjajah, seluruh pasukan diturunkan dengan melibatkan TNI-Polri, Satpol PP, Manggala Agni, hingga relawan-relawan.
“Kami menyadari betul bahwa kerja pemerintah untuk menekan kasus Karhutla di Riau harus dibantu,” kata Manager WLS PT RAPP Ricky Hermawan di Pangkalan Kerinci, Rabu, 23 Februari 2022.
Salah satu cara efektif menekan kasus Karhutla di Riau yakni dengan menyadarkan masyarakat betapa buruknya jika membuka lahan dengan cara membakar.
“Oleh sebab itu, sosialisasi kepada masyarakat menjadi sangat penting dan hal paling dasar agar Karhutla di Riau tak terjadi lagi,” tambah Ricky.
“Sosialisasi tersebut mengingatkan kembali kepada masyarakat akan bahaya karhutla di wilayah mereka. Semoga upaya pencegahan karhutla ini mampu menjadi komitmen kita bersama,” tuturnya.
Kepala BPBD Riau Edy Afrizal sepakat dengan hal itu. Sosialisasi yang efektif sangat menentukan tinggi rendahnya kasus dan luasan Karhutla yang terjadi.
“Sosialisasi seperti ini mulai masif dilakukan setelah sekitar 2015, meskipun di 2019 Riau kembali berasap, tapi dengan upaya-upaya pencegahan yang terus dilakukan, semakin ke sini masalah asap di Riau bisa dikendalikan,” katanya.
Edy menyebut, menekan angka kasus Karhutla bukan hanya sebatas tanggung jawab pemerintah, tapi pihak swasta, tokoh masyarakat dan agama, bahkan anak-anak sudah harus tahu betapa bahayanya Karhutla karena dampak jangka pajang akan ditanggung ke depan
Keterlibatan perusahaan, (seperti RAPP dan perusahaan lainnya di Riau) sudah sangat berkontribusi dalam membantu pemerintah menekan Karhutla. Meski demikian dia berharap, giat sosialisasi kepada masyarakat terhadap bahaya karhutla harus terus digalakkan oleh pihak swasta.
Edy menyebut, saat ini pemerintah pusat tak begitu khawatir dengan penanganan Karhutla di Riau. Kata dia, upaya penanganan Karhutla di Riau dengan melibatkan seluruh sub sektor dan lapisan masyarakat telah menjadi percontohan bagi nasional untuk daerah-daerah lain.***