BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Turunan dari hasil produksi kopra di sektor perkebunan kelapa di Desa Simpang Gaung, Kecamatan Gaung Inhil terpaksa ditinggalkan. Hal ini disebabkan biaya produksi tidak sebanding dengan pendapatan dari turunan kopra.
Sarkawi, seorang petani kelapa di Desa Simpang Gaung, Inhil, mengatakan selain biaya produksi yang meningkat, proses mengolah kelapa bulat menjadi kopra memakan waktu cukup lama. Sehingga berdampak pada jangka waktu masa panen.
“Kalau masa panen kelapa kan lama, 3 bulan sekali. Dari kelapa bulat dijadikan kopra tentu masa produksinya semakin bertambah,” ujarnya, Kamis (15/01/2015).
Rentang waktu yang terbilang lama tentu akan berimbas kepada biaya produksi, sedangkan hasil yang diterima masyarakat terkadang tidak sesuai dengan hasil produksi.
Dia menambahkan, tren petani kelapa saat ini memang sudah berubah kepada produksi instan. Yakni menjula kelapa bulan kepada perusahaan. Dengan kata lain, setelah panen petani tidak lagi menunggu lama untuk menjual hasil perkebunan mereka.
Masyarakat lebih memilih menjual kelapa bulan ketimbang kelapa kopra hanya karena alasan produksi dan penghasilan yang petani terima. Padahal, turunan kelapa kopra jauh lebih tinggi kualitas dan harganya.
“Satu-satunya cara supaya lebih cepat petani menjual bulat, atau kelapa jambuk kepada perusahaan. Nanti perusahaanlah yang mengolahnya. Memang harganya jauh lebih murah,” tambahnya.
Hal, lain yang membuat petani lebih memilih menjual kelapa bulat dikarenakan harga kelapa yang tidak stabil. Sarkawi menyebutkan dalam jangka waktu sebulan, bisa saja harga kelapa turun naik. Sementara masa panen buah kelapa 3 bulan sekali.
“Kalau di sini tak ada lagi orang buat kopra. Semuanya sudah beralih ke kelapa bulat,” katanya. (melba)