Jihad seorang wanita dalam Islam itu memang berbeda dengan laki-laki. Dengan segala keterbatasannya, Allah SWT telah menetapkan apa yang harus mereka lakukan, namun kadar pahala yang didapat sama seperti berjuang di jalan Allah. Ini lah kisah seorang ibu yang mengeluh dalam mengurus rumah tangga. Dia datang menemui Rasulullah SAW, dan pertanyaannya membuat para sahabat terperangah.
BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Tugas seorang ibu mengurus rumah tangganya karena Allah SWT atas dasar ketaatannya kepada suami. Inilah jihad seorang wanita dalam Islam.
Menjaga harta, melayani suami, mengandung hingga membesarkan anak dengan tulus karena Allah, maka akan diganjar pahala yang sama dengan jihad di jalan Allah.
“Islam selalu memerintahkan setiap umat Muslim untuk bertanggung jawab dengan peranannya,” kata Anggota Majelis Ulama Senior Mesir, Syekh Mahmoud Muhanna.
Kisah ini datang dari seorang ibu yang mengeluh dalam mengurus rumah tangganya karena dia takut aktivitas itu melah melalaikan perbuatan-perbuatan lainya dengan ganjaran pahala yang lebih besar. Sedangkan kaum lelaki dengan leluasa bisa melakukan itu.
Dilansir dari Elbalad, kisah ini diceritakan terjadi pada zaman Rasulullah SAW. Diriwayatkan wanita yang juga seorang istri dan ibu itu bernama Asma. Dia mendatangi Nabi Muhammad di saat tengah duduk bersama dengan para sahabatnya.
Di hadapan Nabi, Asma berkata, “…wahai Rasulullah, Aku korbankan bapak dan ibuku demi dirimu (sebagai pengikut Islam yang taat dan setia).
Kepada Nabi, Asma menyebut dirinya adalah utusan dari para wanita lainnya yang merasa punya perasaan sama
“Sesungguhnya Allah mengutusmu kepada seluruh laki-laki dan wanita, maka mereka beriman kepadamu dan kepada tuhanmu. Kami para wanita selalu dalam keterbatasan, sebagai penjaga rumah, tempat menyalurkan hasrat, dan mengandung anak-anak kalian.”
“Sementara kalian kaum laki-laki mengungguli, lalu salat Jumat, salat berjamaah, menjenguk orang sakit, mengantar jenazah, berhaji setelah sebelumnya sudah berhaji, dan yang lebih utama dari itu adalah jihad fi sabilillah,” ujarnya Asma kepada Rasulullah.
Lalu, Asma melanjutkan, jika salah seorang dari kalian pergi haji, umrah, atau jihad maka kamilah (para istri) yang menjaga harta, menenun pakaian untuk suami dan anak, dan mendidik anak-ana di rumah.
Lantas, Asma bertanya kepada Rasulullah mungkinkan dia dan para istri lainnya akan menikmati pahala yang sama seperti apa yang dilakukan oleh para suami mereka. “Bisakah kami menikmati pahala dan kebaikan ini sama seperti kalian?”
Rasulullah yang mendengar ucapan dan pernyataan itu tertegun. Sedangkan para sahabat yang ketika itu hadir terperangah.
Nabi lalu memandang semua sahabatnya dengan seksama, lalu bersabda:
“Apakah kalian pernah mendengar ucapan seorang wanita yang lebih baik pertanyaannya tentang urusan agamanya daripada wanita ini?”
“Wahai Rasulullah, kami tidak pernah menyangka ada wanita yang bisa bertanya seperti dia,” jawab salah seorang sahabat.
Nabi kemudian memandang Asma. “Pahamilah, wahai Ibu, dan beritahu para wanita di belakangmu bahwa ketaatan istri kepada suaminya, usahanya untuk memperoleh ridhonya, dan kepatuhannya terhadap keinginannya menyamai semua itu (sama seperti jihad di jalan Allah).”
Mendengar jawaban Nabi, wajah Asma berseri-seri lalu beranjak pergi.
Syekh Mahmoud Muhanna menyebut para wanita atau istri yang melakukan perannya dalam mengurus keperluan rumah, pahalanya seperti beramal dalam jihad di jalan Allah SWT. Itulah jihad seorang wanita yang sesungguhnya.
“Wanita dengan pekerjaannya, penguasaannya, dan pemeliharaan rumahnya sama dengan pekerjaan mujahidin di jalan Allah SWT. Dan pria itu harus menjadi penolong bagi istrinya dengan bersikap baik kepada,” ungkapnya.***