Prinsip itulah yang selalu dipegang Manager Districk Citilink Pekanbaru, Ridwan. Kepada bertuahpos.com, dia berujar, tanpa tekad itu setiap rencana tidak akan maksimal. Bahkan menjadi batu sandungan untuk mencapai visi dan misi perusahaan.
Ridwan mengibaratkan suatu mesin yang di dalamnya terdapat berbagai macam komponen gerigi, saling terhubung satu sama lain. Tiap gerigi terhubung karena satu sama lain berbeda. Maksudnya agar mesin itu bekerja, gerigi tiap komponen harus saling mengisi, baik besar kecil, keras lunak, berat ringan, hingga akhirnya terangkai.
“Jadi tidak ada yang lebih hebat, si ini yang diunggulkan, itu tidak. Setiap orang punya kekurangan, kelebihan dan perannya masing-masing. Sisi itulah yang dibutuhkan, sehingga satu sama lain saling melengkapi. Baru mesinnya bisa bergerak dengan baik,” tutur Ridwan ketika bertandang ke redaksi bertuahpos.com, akhir pekan kemarin.
Ridwan sangat menikmati profesinya saat ini. Butuh perjuangan panjang dan berat untuk meraih posisi jabatannya saat ini. Diceritakan pria kelahiran Lampung, 22 Juli 1970 ini, awal kenal dunia jasa penerbangan pada tahun 1995.
“Saat itu sebelum wisuda masih menyelesaikan skripsi, bergabung dengan Simpati Air (Air berhenti beroperrasi akibat krisis moneter 1998, red) sebagai bagian reservasi. Disitu pertama kali kenal dunia penerbangan,” kisahya.
Lalu hal apa yang membuat pria murah senyum ini bisa bertahan hingga berkarir selama 19 tahun ini? Ridwan mengaku tak memiliki resep apa-apa. Baginya cukup membuat tempat bekerja bagai rumah sendiri. “Tentunya kita akan menjaga perusahaan ini layaknya kita menjaga rumah sendiri,” sebutnya.
Kendati dia diamanatkan sebagai pimpinan, justru dia tidak ingin dianggap sebagai bos. “Kita di perusahaan sudah menjadi keluarga. Tentunya hargai karyawan sebagai manusia, bukan bawahan. Tidak sewenang-wenang mentang kita punya jabatan tinggi,” tuturnya.
Untuk lebih mengakrabkan antar karyawan, tak jarang pihaknya mengadakan iven bersama atau saling berkunjung di kediaman satu sama lain. “Kita senantiasa briefing di kantor. Kadang juga kumpul-kumpul di luar, ketemu keluarga masing-masing, manghabiskan waktu bersama,” tuturnya.
Dengan begitu atmosfir kerja bisa bersinergi, tidak berjalan di tempat. Karena komunikasi atasan dengan bawahan sifatnya tidak kaku. Ridwan juga terbuka menerima tiap kritikan dan saran dari karyawannya. “Karena manusia tidak ada yang sempurna,” sebutnya seraya tersenyum. (riki ariyanto)