BERTUAHPOS.COM — Welcome to Bokor. Sebuah desa yang jauh dari kebisingan kota. Secara administratif, desa ini masuk dalam wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti Riau, persisnya di Pulau Rangsang Barat.
“Kampung kami ini punya 4 dusun,” kata Yeni, seorang warga yang berdomisili di desa itu.
Adapun keempat dusun itu, pertama, Dusun Durian, lalu Dusun Cempedak, Dusun Kelape (kelapa; Indonesia) dan Dusun Manggis.
Lokasinya sangat dekat dengan Sungai Bokor, sebuah sungai yang mengalir dari tengah Pulau Rangsang menuju Selat Hitam. Warga di sini menyebutnya Tanah Kuning.
Seperti wilayah pesisir lainnya di Riau, warga di desa ini didominasi suku Melayu. Yang perlu diacungi jempol, meski berada jauh dari hiruk pikuk kota, masyarakat di sini sudah sadar wisata.
Mereka akan menyambut setiap wisatawan dengan wajah berseri, senyum ramah. Walau para tamu itu hanya sekedar mampir sebentar.
Desa ini dihuni sebanyak 3.429 jiwa penduduk. Identitas kelokalan menjadi ciri khas yang terbalut dalam setiap suguhan budaya, kuliner, ekonomi, sosial, hingga sumber daya alamnya.
Di sepanjang Sungai Bokor, tumbuh hutan mangrove bak lumut menghijau yang terbelah jika dilihat dari atas.
Hutan-hutan mangrove ini menjadi satu dari sekian data tarik di desa Bokor yang berhasil menyedot banyak wisatawan. Di sini, kekentalan budaya dan alam menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan.
“Kami berharap ke depannya, desa ini bisa menjadi gerbang wisata di Kabupaten Kepulauan Meranti,” tutur Yeni.
Pada tahun 2011, di sini diadakan event bertajuk: Fiesta Bokor Riviera. Beragam potensi budaya ditampikan. Ini lah awal dari hadirnya event-event lain yang terselenggara di tempat ini, seperti Bokor FolkLore, Bokor One Night, pesta Sungai Bokor, Bokor Word Music, Bokor River international reggae Festival, hingga Festival Budaya Bokor.
Setiap event-event ini mengedepankan kearifan lokal, seperti lomba lari di atas tual sagu yang berjejer di atas sungai, lomba menggolek sagu, wisata sungai, menelusuri sungai bokor dengan perahu sampan, hingga pesta buah-buahan.
“Kalau makanan khas kampung kami yang selalu disajikan untuk para wisatawan luar, biasanya didominasi dari bahan dasar sagu. Ada mie sagu, sempolet, lempeng sagu, kerupuk sagu dan banyak lagi,” ujarnya.
Untuk menuju ke Desa Bokor para wisatawan bisa melalui Kota Batam atau Pekanbaru, yang terlebih dulu mengambil rute ke Kota Selatpanjang, ibu kota Kabupaten Kepulauan Meranti.
Dari sini, wisatawan bisa melanjutkan perjalanan sekitar 40 menit menggunakan kapal kayu bermotor—kapasitas sekitar 30 orang penumpang. Perjalanan ke desa ini biasanya difasilitasi dengan paket wisata.
Mereka yang datang ke desa ini akan disambut dengan tarian Ayak Sagu, sebuah tarian tradisional khas Desa Bokor dari Sanggar Bathin Galang diketuai oleh Sopandi S.Sos. Tarian ini juga ditampilkan dalam event-event besar.
“Sanggar ini menjadi tempat berlabuh anak melayu yang ingin mengekspresikan jiwa seninya, melatih dan mengasah bakat-bakat seni sehingga adat budaya Melayu agar tetap lestari,” katanya.
Saat Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengumumkan hasil kurasi 300 desa yang masuk dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022, Desa Wisata Budaya Bokor salah satunya.
Pada ajang ADWI 2022, Desa Wisata Budaya Bokor telah bersaing ketat dengan 3.419 desa wisata di Indonesia.*** [Hidayatun]