BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Hingga saat ini petani kelapa di Kabupaten Inhil belum bisa menikmati turunan variabel kelapa sebagai tambahan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Buktinya, sejumlah masyarakat lebih mengandalkan harga biji kelapa dibanding kopra.
Almon, seorang petani kelapa di Inhil mengaku kendala terbesar yang dirasakan masyarakat yakni belum adanya pengembangan heltikultura yang memadai untuk meningkatkan ekonomi masyarakat di sektor perkebunan kelapa.
“Kami dan sebagian besar petani di sini hanya menjual hasil panen dari buah kelapa. Berpuluh-puluh tahun tinggal di sini memang belum ada pengembangan lain,” ujarnya, Selasa (06/01/2014).
Ibrahim seorang petani kelapa mengatakan para petani di Inhil hanya menunggu hasil panen buah kelapa pertigabulan untuk menopang kebutuhan ekonomi masyarakat.
Dirinya mengaku turunan kelapa disektor lain, misalnya sabut dan batok kelapa, hanya terbuang begitu saja. Jika pun ada pemanfaatan, hanya sebatas untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat sekitar.
“Pangin sabut kelapa digunakan sebagai bahan bakar mengeringkan daging kelapa untuk dijadikan kopra. Sementara tempurungnya di buang saja. Kalau punada, paling-baling ibu rumah tangga yang bakau untuk dibuat arang dapur. Selebih itu tidak ada,” tambahnya.
Wajar kiranya jika Pengemat Ekonomi Industri dan Perkebunan UIR Azharuddin M Amin memprediksi, selain sawit, hampir semua komuditi sektor perkebunan di Riau terancam “mati”. Hal ini terjadi karena tidak adanya perkembangan teknologi terhadap sektor perkebunan tersebut, termasuk kelapa.
Dia mencatat sepanjang 2007 hingga 2014 komuditi sektor perkebunan yang mengalami kemajuan hanya perkebunan sawit. “Sub perkebunan lainnya tidak berkembang sama sekali, bahkan terus mengalami kemunduran. Yang ada mati semua,” ujarnya
Salah satu penyebab utamanya, yakni belum ada kebijakan pemerintah, yang mengarah pada perbaikan sektor perkebunan, tapi hanya perkembangan pada sektor jasa diperbanyak. Efeknya tidak tanggung-tangung, berdampak pada kesejahteraan masyarakat yang bergantung hidup pada sektor perkebunan. (melba)