BERTUAHPOS.COM, JAKARTA — PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) melakukan kerja sama dengan PP Muhammadiyah guna meningkatkan inklusivitas dan penetrasi keuangan syariah di Indonesia. Kerja sama ini juga untuk membantu pelaku UMKM yang ada di bawah naungan PP Muhammadiyah agar bisa naik kelas (upscale) dan menumbuhkan minat masyarakat yang ingin menjadi wirausaha.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan pihaknya selalu terbuka untuk bekerjasama dalam upaya meningkatkan literasi dan inklusivitas dengan Muhammadiyah sebagai mitra strategis. Organisasi masyarakat seperti Muhammadiyah yang berdiri sejak tahun 1912 merupakan salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia yang memiliki berbagai jenis usaha, mulai dari masjid, sekolah, universitas, hingga rumah sakit, yang bermanfaat bagi masyarakat.
“BSI percaya bahwa sinergi dengan organisasi Islam terbesar di Indonesia yakni Persyarikatan Muhammadiyah dapat mengakselerasi literasi keuangan. Kami berharap sinergi dengan PP Muhammadiyah ini akan terus berlanjut sehingga peran BSI dapat memberikan manfaat seluas-luasnya bagi kebangkitan umat melalui optimalisasi implementasi ekonomi keumatan yakni ekonomi syariah,” ucap Hery.
Beberapa poin kerja sama antara BSI dan PP Muhammadiyah antara lain adalah layanan cash management mencakup solusi pengelolaan likuiditas (liquidity solution) dan solusi penerimaan/tagihan (receivable solution). Selain itu solusi pembayaran/pengeluaran (payable solution), solusi digitalisasi transaksi termasuk layanan virtual account yang memudahkan, dan layanan Ziswaf.
Pemanfaatan produk-produk dana dan pemanfaatan produk-produk pembiayaan yang berdasarkan prinsip syariah dari BSI dalam rangka pengembangan usaha PP Muhammadiyah maupun dalam rangka mendukung kelancaran pengembangan Amal Usaha Muhammadiyah.
“BSI dan Muhammadiyah juga berkolaborasi untuk pengembangan kemandirian ummah diantaranya Pengembangan Komunitas Usaha Mikro Kecil dan Menengah melalui kerjasama pelatihan, workshop pengembangan ekonomi berbasis syariah, pengembangan masjid dan kegiatan sosial lainnya,” tutur Hery.
PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) menorehkan capaian positif pada triwulan I/2022 dengan membukukan laba bersih mencapai Rp987,68 miliar atau naik 33,18% secara year on year (YoY). Dari sisi penyaluran pembiayaan sebesar Rp177,51 triliun atau tumbuh 11,59% secara year on year.
Sementara itu, untuk perolehan dana pihak ketiga mencapai Rp238,53 triliun tumbuh sekitar 16,07% secara year on year. Dari sisi asset, pertumbuhan aset sebesar 15,73% secara year on year menjadi Rp271,29 triliun.
Beberapa capaian ini menjadi semangat BSI untuk mengembangkan ekspansi bisnis selain di Indonesia, saat ini BSI tengah mendorong penetrasi di Timur Tengah, khususnya Dubai.
BSI telah menyalurkan pembiayaan untuk segmen UMKM mencapai Rp40,8 Triliun nasional dengan kualitas pembiayaan yang sangat baik. Nilai tersebut sekitar 23,05% dari total portofolio pembiayaan BSI.
Sementara Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan bila kerja sama antara PP Muhammadiyah dan BSI bisa membuat roda perekonomian umat berjalan lebih progresif.
Setidaknya ada dua hal yang menjadi perhatian Haidar, pertama adalah bagaimana Muhammadiyah dan BSI bisa meningkatkan dan mempercepat kekuatan ekonomi umat.
“Muhammadiyah memiliki Amal Usaha yang bergerak di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lainnya. Amal Usaha kita punya karakter tapi berbasis amal, artinya keuntungan dimanfaatkan untuk kepentingan pemberdayaan dan kemajuan masyarakat. Ke depan harus ada langkah yang lebih progresif, usaha makin produktif dan memberi manfaat bagi umat dan bangsa. Kerja sama ini diharapkan makin memperkuat kita untuk menjadi kekuatan umat, progresif dan inti kebangkitan ekonomi umat Islam. Maka kerja sama ini merupakan instrumen untuk mempercepat dan memasifkan gerakan itu. Sehigga ke depan Muhammadiyah bisa menjadi kekuatan umat,” ucap Haidar.
Kedua, lanjut Haidar, BSI harus bisa memanfaatkan potensi besar umat Islam untuk bisa meningkatkan kesejahteraan umat. Menurutnya, saat ini umat Islam di Indonesia masih menjadi konsumen dan belum menjadi pelaku kegiatan ekonomi. “Kita harus bisa mengangkat dari saudara menjadi saudagar,” tutup Haidar.***