Pria berperawakan tinggi besar dan berjenggot ini, mengenakan kaos kerah biru dengan celana tiga suku, lengkap dengan topi hitam putih, Koko termasuk pria berpenampilan sederhana.
Nama lengkapnya Caroko Alam BBA, MBA. Rekan-rekannya biasa memanggilnya dengan sebutan Koko. “S1-nya di Malaysia dan S2-nya di Australia, jurusan Manajemen Bisnis,” kata sang Istri menjelaskan latar belakang pendidikan Suaminya kepada Bertuahpos.com, Selasa, 12 Juli 2022.
Dunia perkudaan memang masih baru bagi Koko, paling sekitar 3,5 tahunan. Dia terlanjur jatuh hati dengan kuda, hingga memantapkan pilihan untuk mengelola sekaligus menjadi Owner Stable Kuda yang dia bangun sejak 2020 lalu. “Sekitar 1 tahun 7 bulan lah,” kata Koko.
Koko memang bukan pemain tunggal, atau yang perdana dalam usaha stable kuda di Pekanbaru. Usaha ini dijalani mengalir saja, walau peluang bisnisnya cukup menjanjikan di masa depan. Apalagi warga di Pekanbaru sudah sangat familiar dengan kuda.
Stable itu sama dengan kandang, atau bangunan tempat memelihara ternak, terutama kuda. Biasanya, bangunanya dibagi menjadi kandang terpisah untuk hewan dan ternak individu. Stable kuda yang dikelola Koko, berlokasi di Jalan Naga Sakti, gedung IKB, tak jauh dari Stadion Utama Riau.
Kebetulan, sudah seminggu dia membuka jasa berkuda bagi para pengunjung yang ingin merasakan sensasi menunggang kuda, di tempat hiburan pasar malam kawasan Simpang Tiga, Pekanbaru. “Baru seminggu kami buka di sini. Untuk wisata berkuda aja,” katanya kepada Bertuahpos.com, Selasa, 12 Juni 2022.
Kisah itu bermula dari anaknya, yang selalu merengek minta naik kuda. Daripada terus-terusan merogoh kocek, Koko berinisiatif untuk membelikan anaknya seekor kuda. Karena masih awam dalam hal merawat, dia menitipkan kudanya itu di beberapa stable lain.
“Awalnya nitip, coba di beberapa tempat, tapi selalu ada kekurangan yang mungkin belum bisa mereka tutupin. Ada pengalaman juga sih, beberapa kuda kita ada yang mati akibat kurang tanggung jawab ‘orang-orang pemelihara kuda di tempat yang saya percayai sebelumnya,” cerita Koko. “Tempat saya membeli kuda juga kurang amanah, tukang angkutan kuda yang saya percaya juga kurang amanah.”
Akibatnya, 2 ekor kudanya mati dalam kurun waktu 4 hari. Seekor kudanya mati karena termakan sampah, lainnya juga mati saat dalam proses pengangkutan. Koko kemudian memutuskan untuk membuka stable sendiri. “Supaya orang lain tidak merasakan apa yang saya rasakan,” tuturnya sambil tersenyum.
Membuka jasa menunggang kuda di tempat hiburan pasar malam ini juga kali pertama dilakoni Caroko. Dia diajak seorang teman. Konsep awalnya olahraga memanah dengan kuda. Tapi, Koko mikir lagi. Mengingat dibuka di kawasan pasar malam, pastinya berisik dan tidak baik bagi kudanya. Dia kemudian menangguhkan rencana itu.
“Kuda ini kan ada yang pengejut, dan takutnya membahayakan orang atau membahayakan kudanya sendiri. Awalnya tempatnya sudah ditentukan. Akhirnya pengelola tempat menghubungi saya langsung. ‘Silahkan pilih tempat sendiri, terserah mau pilih di mana.’ Kalau tempat awal yang ditawarkan saya kurang setuju karena membahayakan. Akhirnya kita pilih tempat yang agak jauh dari musik dan keramaian,” ujarnya.
Untuk hari-hari biasa, Koko menyediakan 2 ekor kuda untuk jasa sewa menunggang kuda kepada pengunjung di hari biasa. “Kalau weekend, kita pasang 3 (ekor),” tambahnya. Di kandang, dia mengelola sekitar 14 ekor kuda termasuk anakan. Sedangkan kuda milik Caroko ada 8 ekor.
“Jenis yang ada di kita campuran, dari G1 sampai G3, lalu kuda lokal juga ada, termasuk kuda poni. Yang bekas pacu juga ada di sana. Kita fokus latihan memanah dan jumping berkuda,” terangnya.
“(Yang paling istimewa dari kuda) kotorannya nggak bau. Saya orangnya penjijik. Tapi kalau kotoran kuda saya nggak jijik,” tambahnya.
Hal yang istimewa lainnya dari kuda, mereka punya karakter manusia. Ada yang licik, baik, tulus, manja. “Yang provokator juga ada. Ada yang pintar dalam hal yang bermanfaat, tapi dalam belajar bodoh, ada juga yang seperti itu, persis seperti manusia,” tutur Koko. Baginya, dengan mengetahui manajemen kuda, dia lebih bisa memahami karakter manusia pada umumnya.
Di pasar malm ini, Koko mematok tarif Rp25.000 untuk sekali menunggang kuda dengan 2 kali putaran. Kalau di stablenya Rp20.000 sekali putaran dari areanya lebih besar, dengan ukuran kuda yang besar. “Kalau di sana biaya operasionalnya nggak besar. Makanya lebih enak di sana kalau mau menunggang kuda,” tambahnya.
Selama seminggu buka di tempat hiburan ini, antusias masyarakat Pekanbaru sangat memuaskan. Mereka banyak yang senang menunggang kuda. “Ada yang dulunya penakut dengan kuda, jadi nggak takut, yang geli jadi nggak geli,” ujar Koko.
Untuk omzet per hari bervariasi. Pernah mencapai Rp300.000 bahkan Rp3.000.000 per hari. Tapi pernah juga tak ada pemasukan sama sekali. “Kalau hujan, kosong. Tapi pas weekend atau liburan, alhamdulillah ramai,” terangnya.***