BERTUAHPOS.COM, AGAM – Gubernur Sumatera Barat, Buya Mahyeldi Ansharullah, bersama Bupati Agam Adriwarman dan Anggota DPRD Sumatera Barat, H Asra Faber, meresmikan museum Buya Syekh Sulaiman Ar-Rasuli atau lebih dikenal Inyiak Canduang, di Jorong Lubuak Aua, Nagari Canduang Koto Lawe, Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat, Kamis 26 Mei 2022.
Pada kesempatan itu juga bertepan Milad Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Candung ke-94 tahun. Sekaligus penyerahan ijazah ke-82 pada 150 santri dari berbagai daerah di Indonesia yang sudah menamati pendidikan selama Tujuh tahun di MTI Canduang.
Di rumah Gaduang yang disepakati sebagai Museum Syekh Sulaiman Ar-Rasuli, tidak jauh dari MTI Canduang, tersimpan berbagai peninggalan berharga dari Inyiak Canduang. Dirumah itu pula, Inyiak Canduang, melakukan upaya-upaya dalam perjuangan mempersatukan bangsa. Disitu pula Buya banyak menerima tamu penting termasuk Inyiak Parabek.
Inyiak Canduang sebagai tokoh ulama minangkabau, juga seorang tokoh pendidik dan pendiri Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti). Dengan adanya museum selain menjadi nilai edukasi bagi generasi muda minangkabau dan Indonesia juga sebagai syarat untuk pengajuan Inyiak Canduang sebagai pahlawan nasional.
Gubernur Sumbar, Buya Mahyeldi, menyampaikan pesan agar nanti Kabupaten Agam bisa menjadi “kabupaten santri” serta menjadi destinasi “wisata relegi) bidang keulamaan. Mengingat, Kanupaten Agam paling banyak MTI dan santri.
” Dengan adanya museum Inyiak Canduang ini kedepan Agam bisa menjadi “Kabupaten Santri” serta menjadi destinasi “Wisata Religi” bidang Ke Ulamaan, karena Kabupaten Agam merupakan wilayah dengan jumlah pesantren dan santri terbanyak di Sumatera Barat,” ungkap Buya Mahyeldi.
Anggota DPRD Sumatera Barat, H Asra Faber, mengaku bangga dan ingat saat menjadi santri dulunya di Thawalib Parabek. “Sekilas kami teringat pengalaman kami dahulu sewaktu menamatkan pendidikan di Thawalib Parabek. Karena di sini untuk menamatkan pendidikan membutuhkan waktu 7 tahun sama dengan kami dahulunya,” ungkap Politisi PKS ini.
Asra Faber juga mengaku bangga pernah menjadi santri, karena menurutnya apa yang diperolehnya dimasa belajar di Parabek, telah menjadi “suluah” dalam menghadapi kehidupan ini. Bahkan, istimewanya menjadi santri, apa yang tidak dipelajari di sekolah umum, dipelajari di MTI.
“Apa yang ada di SMA, ada di Pesantren, tapi apa yang ada di Pesantren bisa dipastikan tidak ada SMA sederajat. Di pasantren kita belajar kitab kuning atau kitab gundul. Kita belajar Fiqih, Nahu Syaraf, Tarehk dan banyak lagi,” ungkapnya bangga.
Menurut mantan Kepala Kantor Kemenag Padangpanjang, Agam dan Payakumbuh itu, pasentren menjadi tempat yang tepat sebagai benteng bagi generasi muda kedepan dalam menghadapi kemajuan teknologi informasi yang begitu cepat.
“Derasnya kemajuan teknologi informasi suatu tantangan besar bagi generasi muda kedepan. Maka, tidak ada jalan lain kecuali mempersiapkan pertahanan dengan iman dan taqwa. Perkokoh aqidah, akhlak atau moral,” harapnya.
Dengan diresmikannya museum Inyiak Canduang, sebutnya, suatu anugerah besar bagi generasi minangkabau untul dapat mengetahui bagaimana perjuangan Inyiak Canduang dulunya dalam perjuangan mempersatukan bangsa.
“Museum ini menjadi tempat edukasi bagi generasi untuk belajar sejarah, kisah perjuangan Inyiak Canduang. Generasi muda bisa belajar betapa gigihnya Inyiak Canduang dalam menuntut ilmu agama. Bahkan beliau belajar kemekkah dan menimba ilmu kepada Syehk Khatib Almingkabauwi,” sebut Asra Faber. (bpc15)