BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Kekerasan dan kasus serangan rasial terhadap orang Asia-Amerika kian meningkat.
Kasus-kasus kekerasan dan serangan itu terjadi disejumlah wilayah di Amerika Serikat [AS]. BBC melaporkan, pelecehan dan kekerasan meningkat tajam sejak awal mula pandemi Covid-19.
Dalam beberapa bulan terakhir, ribuan kasus telah dilaporkan, mulai dari diludahi dan dilecehkan secara verbal hingga insiden penyerangan fisik.
Hal ini merupakan kejahatan rasial dan sering dikaitkan dengan retorika yang menyalahkan orang Asia atas penyebaran pandemi Covid-19.
Hal ini sebetulnya sudah diperingatkan oleh FBI pada awal wabah Covid-19 di AS lalu, yang mengatakan bahwa mereka memperkirakan akan terjadi lonjakan kejahatan rasial terhadap orang-orang keturunan Asia.
Pada akhir tahun lalu, Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB mengeluarkan laporan yang merinci “tingkat yang mengkhawatirkan”dari kekerasan rasial dan insiden kebencian lainnya terhadap orang Asia-Amerika.
Sementara, pada tahun lalu, kelompok advokasi, Stop AAPI Hate mengatakan, pihaknya sudah menerima lebih dari 2800 laporan insiden kebencian yang ditujukan kepada orang Asia-Amerika secara nasional di AS.
Kelompok ini bahkan telah menyiapkan alat pelaporan mandiri secara online, sejak awal pandemi.
Pada tahun 2020, gugus tugas kejahatan rasial Kota New York menyelidiki 27 insiden, meningkat hingga sembilan kali lipat dari tahun sebelumnya.
Di Oakland, California, polisi bahkan telah menambahkan patrol dan mendirikan pos komando di Chinatown.
Menurut Pusat Studi Kebencian dan Ekstremisme, angka insiden kebencian anti-Asia meningkat hingga 1200% di Orange County.
Sementara, melansir CBS News, di wilayah tetangga, Los Angeles County, kejahatan rasial terhadap orang Asia-Amerika naik 115%.
Para pendukung Asia-Amerika menyatakan, kekerasan dapat dikaitkan dengan meningkatnya sentimen anti-Asia di AS.
Bahkan, retorika ini sebetulnya berasal dari mantan presiden AS itu sendiri, Donald Trump, yang sering menyebut pandemi ini “virus China” atau “Kung Flu”.
Presiden baru Amerika Serikat, Joe Biden pun berupaya memperbaiki kondisi ini pada pekan pertamanya menjabat.
Biden diketahui menandatangani tindakan eksekutif yang melarang penggunaan Bahasa semacam itu, di dalam pemerintah federal. (bpc2)