BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Kartu kredit sering dianggap kartu sakti, namun di balik kesaktian itu tidak sedikit orang terjebak dalam utang berkepanjangan hingga kesulitan untuk mengatasinya.
Kartu pada prinsipnya memang untuk memudahkan dalam bertransaksi. Namun penggunaannya juga harus bijak dan sebagian besar orang beranggapan bahwa kartu kredit identik dengan kelompok orang menengah ke atas.
“Memang harus digunakan secara bijak. Sebelum memutuskan untuk menggunakan kartu kredit, harus dipertimbangkan secara matang kondisi pendapatan kita. Jika tidak, itulah namanya kurang bijak,” kata mantan Kepala Bank Indonesia [BI] Riau Ismet Inono dalam sebuah perbincangan dengan Bertuahpos.com.
“Saya pakai kartu kredit khusus untuk kebutuhan rumah tangga. Tapi, semuanya langsung dibayarkan saat gajian. Hanya untuk itu saja,” jelasnya.
TUTUP HABIS
Bertuahpos.com, pernah mewawancarai seorang mantan bankir yang sudah bekerja di dunia perbankan selama puluhan tahun, bernama Frans Z Daniel.
“Bagi Anda yang sudah terlanjur, ya mau gimana lagi. Sarannya cuman satu, tutup habis dan jangan pernah kembali lagi. Bersungguh – sungguhlah Anda untuk menutup kartu kredit tersebut. Karena memang akan menyusahkan Anda,” saran Frans.
Menurutnya, untuk menutup kartu kredit harus dimulai dari niat dan kemauan yang kuat. Tekad harus kuat, dan mulai membayar tagihan – tagihan tersebut sampai lunas.
“Bila perlu gunting kartunya. Kemudian lunasi dan setelah lunas, jangan pernah kembali lagi. Apakah Anda akan kembali lagi, setelah di susahkannya. Tentu tidak,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, sebagian besar bahkan diatas 90% pengguna kartu kredit hanya untuk konsumtif. Dengan kata lain, pemakaian kartu kredit itu bukan untuk yang produktif atau sesuatu yang penting, melainkan untuk kebutuhan yang tidak penting. Ditambah lagi ketidakdisiplinan si pengguna.
“Sudahlah riba, Anda selalu dirugikan. Ditagih dengan tidak beretika, kena bunga, kena denda, rugi banyak sekali Anda. Parahnya lagi Anda tidak disiplin. Jadi, segera tutup,” ketusnya.
Frans menambahkan, sebaiknya belilah sesuatu sesuai kebutuhan, bukan sesuai hawa nafsu semata.
“Karena memang iya, sebagian besar penggunaannya untuk konsumtif. Awal ‘terasa enak’ karena merasa tidak mengeluarkan uang. Belakangan, kian menyusahkan Anda. Belilah sesuatu sesuai kebutuhan, karena Allah memberikan rezeki kepada hambanya sesuai kebutuhan,” ungkap Frans Z Daniel.
Disamping itu, lanjut Frans, bila Anda lancar dalam membayar maka akan ditawari berbagai fasilitas lainnya termasuk kenaikan limit (besaran kartu kredit). Sedangkan bila Anda telat membayar, jangan heran dan kaget bila Anda selalu dikejar -kejar.
“Coba perhatikan baik–baik. Anda diberikan kartu kredit itu tanpa jaminan kan? Tergolong mudah sekali. Kemudian kalau lancar tetap dikejar karena ditawari berbagai macam, dan kalau macet, apalagi. Jadi, yang belum memakai, jangan pernah coba – coba. Yang terlanjur, bergegaslah menutupnya,” jelasnya. (bpc2)