BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Kekalahan Golkar di Riau dalam Pilkada serentak 2020, sebagai ‘penanda’ bahwa kecerdasan politik masyarakat terus bergerak ke arah positif, begitu menurut pengamat politik dari Universitas Riau Doktor Aidil Haris.
Menurutnya, kecerdasan politik masyarakat semakin berbenah karena terus dihadapkan dengan dinamika politik, sehingga membuat masyarakat mampu menganalisa lebih jauh bahwa ‘pergolakan politik tidak sebatas pada simbol-simbol dan janji semata.’
“Yang paling penting adalah, rekam jejak calon pemimpin menjadi nilai utama publik dalam menentukan kemana arah pilihan politik mereka,” kata Aidil Haris, kepada Bertuahpos.com, Kamis, 10 Desember 2020.
Menurutnya, kecerdasan politik masyarakat di Riau semakin terasah dapat dilihat dari kekalahan Golkar dalam Pilkada serentak 2020. Dulu, partai ini sangat melekat dalam citra politik masyarakat. Tanpa harus dijelaskan lebih jauh, orang-orang sudah mengenal apa itu Golkar.
Kesadaran politik masyarakat saat ini mendakan bahwa partai tidak lain sebagai ‘simbol kekuatan’ yang bisa diandalkan. Tapi lebih kepada siapa sosok yang diusung.
“Kekalahan Golkar mungkin hanya salah satu faktor penyebab, memang kita akui bahwa ada banyak faktor penting lainnya yang membuat mereka [calon-calon kepala daerah yang diusung Golkar] kalah dalam Pilkada kali ini,” terangnya.
Hasil sementara dari sembilan daerah yang melaksanakan Pilkada serentak di Riau menunjukkan bahwa calon yang diusung Partai Golkar kemungkinan menang hanya di dua daerah. Yakni di Kabupaten Indragiri Hulu dan Kuansing.
Sedangkan di tujuh daerah lainnya, hampir tak ada peluang bagi para calon yang diusung Golkar untuk tampil dalam kemenangan di Pilkada kali ini.
Sebelumnya, Golkar menargetkan hingga 60% kemenangan sesuai dengan target yang ditetapkan oleh Ketua Umum Airlangga Hartarto.
“Penyebabnya, ya ‘mesin politik’ Golkar nggak jalan di tangan Syamsuar,” ungkapnya. Itu berarti, Syamsuar punya tanggung jawab besar atas kekalahan ini.
Menurut Aidil, gerakan Golkar dalam Pilkada Riau kali ini benar-benar ‘tumpul’. Mulai dari konsolidasi yang tidak berjalan.
Hal ini terlihat dari kekalahan calon yang diusung Golkar di Siak. Padahal Syamsuar dengan bendera Golkar pernah menjabat dua periode sebagai kepala daerah.
“Secara elektabilitas dari hasil survei sebelum Pilkada, calon-calon Golkar cukup baik. Namun dalam politik memang tidak bisa hanya mengandalkan itu,” ungkapnya.
“Makanya, menurut saya mesil politik Golkar [di tangan Syamsuar] nggak jalan. Dan jelas ini tamparan keras bagi Syamsuar sebagai Ketua DPD I,” kata Aidil Haris. (bpc2)