BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Nama Azaly Djohan sangat tidak asing di Riau. Selain dikenal sebagai tokoh Melayu, tokoh masyarakat, dan kini orang juga mengenalnya sebagai Ketua Kwartir Daerah 04 Gerakan Pramuka Riau.
Namun, seorang Azaly Djohan lebih dari yang dikenal masyarakat. Jasanya untuk Riau lebih banyak yang tersembunyi daripada yang tercatat.
Azaly sendiri lahir pada 16 Mei 1939 di Kampung Tengah, Kabupaten Siak Sri Indrapura. Ayahnya bernama Muhammmad Djohan, dan ibunya bernama Saidatul Akmar.
Masa kecil Azaly banyak dihabiskan di Pekanbaru, meski sempat beberapa tahun di Selat Panjang. Di Pekanbaru, Azaly kecil bersekolah di Sekolah Rakyat Pekanbaru, sekitaran Pasar Bawah saat ini. Saat itu, Azaly bolak-balik ke sekolah dengan berjalan kaki sejauh satu kilometer, melewati hutan dan kebun karet yang masih banyak di Pekanbaru saat itu.
Tak hanya pendidikan formal, Azaly juga menuntu ilmu agama, yang didapatnya di Surau Senapelan. Guru mengajinya bernama Haji Zahari, yang sangat tegas dan disiplin, namun bisa membuat Azaly mampu mengaji dengan lancar.
Azaly kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Pekanbaru, dan kemudian SMA 1 Bukittinggi, karena saat itu belum ada SMA di wilayah Riau. Semasa menempuh pendidikan sekolah, baik Sekolah Rakyat, SMP, atau SMA, Azaly aktif di kegiatan Pramuka.
Menempuh pendidikan sarjana, Azaly sempat masuk Universitas Andalas (Unand) dan Universitas Indonesia (UI), sebelum akhirnya menyelesaikan Sarjana Hukum (SH) di Universitas Gadjah Mada (UGM).
Azaly mulai mengabdi di pemerintahan Riau sejak tahun 1973, dengan menjadi Kepala Bagian Hukum Kabupaten Kampar.
Karir Azaly terus naik, hingga pada tahun 1985, Azaly diangkat menjadi Pj Bupati Kampar. Amanah ini diembannya hingga tahun 1986.
Tahun 1987, Azaly ditarik ke Provinsi Riau, dan ditempatkan sebagai Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau. Saat menjadi Kepala Dinas Pariwisata, Azaly banyak menbenahi situs sejarah yang ada di Riau.
Azaly membenahi sejumlah makam yang bisa dikunjungi hingga saat ini, seperti makam Marhum Pekan pendiri Kota Pekanbaru di sebelah utara Masjid Raya Pekanbaru, makam Raja Kecik yang merupakan raja pertama Kerajaan Siak, serta makam Sultan Syarif Kasim II.
Tak hanya itu, Azaly juga membangun Tugu Khatulistiwa di Lipat Kain, membenahi perpustakaan dan lampu masjid bersejarah di Pulau Penyengat, dan mendirikan Akademi Pariwisata Engku Hamidah bersama Prof Suwardi MS.
Tahun 1989 hingga 1994, Azaly terpilih menjadi Bupati Bengkalis. Dia kemudian membangun jalan akses dari kecamatan menuju ibukota. Jalan yang selesai diantaranya Bengkalis-Meskom, Selatbaru-Sikodi, Sungai Pakning-Dumai, dan jembatan penghubung Siak Kecil-Sungai Pakning.
Pada masa kepemimpian Azaly, jalan penghubung antara Sungai Pakning-Bungaraya-Siak juga dibangun dan ditingkatkan.
Selepas menjadi Bupati Bengkalis, tahun 1997, Azaly kembali ditarik ke Provinsi Riau. Kali ini, dia mengemban amanah sebagai Kesra Sekwilda Riau, dan juga Ketua Harian Urusan Haji.
Dari Azaly-lah, akhirnya jemaah Riau diberangkatkan dari Batam. Sebelumnya, jemaah Riau berangkat dari Medan, dengan perjalanan darat memakai bus. Hingga Medan, jemaah Riau sudah kelelahan, dan harus segera terbang ke tanah suci.
Melihat hal itu, Azaly mengusulkan kepada Menteri Agama saat itu, Munawir Sjadzali agar jemaah Riau berangkat dari Batam saja. Usulannya diterima, sehingga akhirnya jemaah Riau embarkasi di Batam.
Azaly juga aktif melestarikan kebudayaan Riau di Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau. Azaly menjadi Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian di dua periode, yakni periode 2001-2006, dan 2006-2012.
Menurut Profesor Suwardi MS, salah satu sejarawan Riau, kepemimpinan Azaly di LAM Riau sangat bagus, dan berpuncak kepada diterbitkannya Perda Riau Nomor 1 Tahun 2012 Tentang LAM Riau.
“Kepemimpinan pak Azaly saat itu membuat perlindungan dan pelestarian adat budaya di Riau di LAM Riau berjalan baik,” ujar Suwardi dalam kesaksiannya kepada Bertuahpos.com.
Kini, Azaly masih aktif mengabdi di Riau memperhatikan generasi muda sebagai Ketua Kwartir Daerah 04 Gerakan Pramuka Riau. Tak jarang, banyak masyarakat menemui Azaly untuk meminta nasehat, petunjuk, dan juga doa. “Ada masyarakat datang kepada saya, meminta doa, nasehat, saya terima di sini (Kwarda Riau,” ujar Azaly saat mengakhiri sesi wawancara dengan bertuahpos. (bpc4)