BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Menjadi dokter spesialis penyakit dalam itu tidak mudah. Mereka biasanya didampingi oleh dokter spesialis lainnya. Begitulah yang dirasakan oleh dr Billy Paskharan Siahaan Sp PD, seorang dokter spesialis penyakit dalam di RS Awal Bross Jalan A Yani, Pekanbaru.
Saat berbincang dengan Bertuahpos, dia menerangkan dokter sepertinya biasanya juga menangani organ-organ jantung, pencernaan, liver, ginjal, gangguan hormon dan paru-paru
“Cuma di Indonesia yang seperti ini. Saya tidak tahu kenapa dari awal berbeda. Spesialis penyakit dalam, paru, dan jantung jalan sendiri. Terpecah, tapi sempat gabung kemudian di pecah lagi. Kalau di luar negeri spesialis penyakit dalam, harus ambil sub spesialis lagi,” ungkapnya, Jumat, 4 September 2020.
Makanya agar tidak tumpang tindih, disepakati pasien boleh memilih spesialis penyakit dalam atau spesialis jantung.
“Waktu sekolah, saya belajar jantung juga. Dulunya stroke itu juga penyakit dalam, mungkin karena terlalu luas, maka dipecah lagi”, yakin dokter yang juga punya bapak seorang dokter penyakit dalam ini. Adapun Billy mengambil sub spesialis pencernaan.
Dia sendiri, berencana akan mendalami secara khusus pada bagian endiskopi — yaitu prosedur pemeriksaan organ tubuh yang bertujuan memvisualkan kondisi organ dengan teropong saluran cerna atau endoskop.
Contohnya, jelas Billy, saat mendiagnosa kasus asam lambung, tumor lambung, luka lambung, ambeiyen, dan buang air besar berdarah. Ada juga sub spesialis gastroenteritis, yaitu muntah dan diare akibat infeksi atau peradangan pada dinding saluran pencernaan pada pada lambung dan usus.
“Kalau masyarakat menyebutnya muntaber. Itu paling tidak 2 atau 3 tahun. Jadi spesialis bukan struktural S2 tapi jabatan fungsional,” jelas Billy.
Gangguan Liver Paling Rumit
Menurutnya, penanganan pasien yang menderita liver cukup rumit untuk ditangani. Biasanya, hal itu disebabkan adanya luka kronis di hati, sehingga jadi penyebab kegagalan hati.
Hati atau liver adalah organ terbesar manusia. Letaknya antara bagian kanan atas perut yang dilindungi tulang rusuk dan diaghfrahma. Fungsinya menetralisir racun, menghasilkan protein, hingga pembekuan darah.
“Makanya hati-hati dengan gangguan hati. Itu penyakit liver stadium akhir yang perlu penanganan khusus dan endoskopinya. Di Indonesia paling sering disebut penyakit kuning akibat virus hepatitis. Seperti virus hepatitis B dan hepatitis C,” ungkapnya.
Kalau di luar negeri, banyak dipicu kebiasaan minum alkkohol. Bisa tertular melalui darah. Misalnya ibunya hepatitis, lalu melahirkan anak hepatitis. Penularan lain karena sering memakai jarum suntik, maka petugas kesehatan pun terkadang kena. “Atau karena transfusi darah dan karena hubungan seksual,” papar Billy. (bpc5)