BERTUAHPOS.COM, SIAK – Kalau ditanya apa produk buah terbaik di Riau, mungkin jawabannya adalah nenas. Yang terbaik adalah nenas Moris, dari Kampung Tanjung Kuras, Siak Sri Indrapura.
Mengapa nenas Moris menjadi nenas terbaik di Riau?
Menurut Penghulu Kampung Tanjung Kuras, Haris Syah, nenas Moris adalah nenas yang sangat manis dan berair. Terlebih lagi, nenas jenis Moris ini sangat cocok ditanam di tanah gambut seperti tanah di Kampung Tanjung Kuras.
Dikatakan Haris, pemasok terbesar nenas di Pekanbaru adalah dari Kampung Tanjung Kuras. Bahkan, nenas Tanjung Kuras dijual hingga daerah Sumatera Barat,
“Per minggu, produksi nenas dari Kampung Tanjung Kuras bisa mencapai 30 ton. Itu kalau panen lagi kurang. Kalau sedang banyak, bisa ada tujuh mobil ekspedisi muatan delapan ton yang parkir di kampung ini,” kata dia saat berbincang dengan bertuahpos.com beberapa waktu lalu.
Masyarakat Kampung Kuras pada awalnya menanam nenas sejak tahun 2007. Tahun 2012, ada 270 hektare tanaman nenas di Kampung Tanjung Kuras. Saat ini lahan nenas terus bertambah, dan luasnya kini setidaknya sudah mencapai 800 hektare.
“Ternyata nenas sangat menguntungkan. Maka, masyarakat terus membudidayakan nenas. Jadi di kampung kami ada dua jenis komoditas, yaitu sawit dan nenas. Tapi yang lebih banyak ya nenas,” terang Haris.
Untuk penjualan, nenas dibagi dengan kualitas A, B, dan C. Namun, secara rata-rata, satu buah nenas dijual ke pengepul dengan harga Rp2000 hingga Rp6000 per buah, tergantung kualitasnya. Sedangkan untuk modal, diperkirakan Rp1000 per buah, yang sudah termasuk perawatan dan pupuk.
“Jadi, secara rata-rata, ada keuntungan Rp2000, per buah,” ujar Haris.
Untuk panen, nenas bisa dipanen setelah delapan bulan hingga satu tahun dua bulan. Namun, semuanya tergantung besarnya bibit. Satu hektare kebun nenas bisa menghasilkan hingga 20 ribu hingga 28 ribu buah nenas.
Kemudian, nenas yang dipanen akan digandeng (terdiri atas dua buah nenas per gandeng). Satu gandengan kemudian dijual dengan harga Rp4000.
“Rata-rata satu hektare bisa 24 ribu buah nenas. Kalau digandeng, ada 12 ribu gandeng. Dijual dengan harga Rp4000, maka per hektarenya petani bisa mendapatkan Rp48 juta. Makin banyak jumlah nenas per hektarenya, atau semakin tinggi kualitasnya, semakin banyak yang didapat,” jelas Haris lagi.
Karena menguntungkan, ada banyak masyarakat Tanjung Kuras yang menumbangkan sawit untuk kemudian dijadikan nenas. Lahan-lahan kosong juga dimanfaatkan untuk menanam nenas.
“Sekarang ini, satu KK itu sekarang minimal punya satu hektare kebun nenas. Kampung Tanjung Kuras ini memiliki 300-an KK,” tambah dia.
Haris mengatakan nenas dikampungnya tak mempunyai banyak hama. Hanya saja, ada yang namanya penyakit kuning, yang membuat tanaman nenas menjadi rusak. Musuh lainnya adalah musim kemarau, yang membuat nenas kekeringan hingga akhirnya mati.
“Jadi, nenas itu memang harus dirawat. Semakin baik perawatanya, semakin baik kualitas buahnya,” pungkasnya. (bpc2)