Tiada indah sebuah pengorbanan, tanpa hadirnya kebahagiaan bagi orang-orang di sekelilingnya.
———
– Lipsus Hari Kartini 2020 (Bagian 1) –
Sosoknya dikenal ramah dan ceria. Walau usianya tak lagi muda, dia masih produktif. Seorang enterpreneur, penulis buku dan motivator. Begitu orang-orang mengenal sosok Kartini, SKM.
Jerih payahnya dulu, kini membuahkan hasil. Dari kegigihan dan tekad kuat, Kartini telah membangun klinik, rumah sakit, panti asuhan, sekolah hingga restoran.
“Dulu, kakak saya, sangat suka membaca buku Habis Gelap Terbitlah Terang. Saat dia akan mendapat adik, dia meminta kepada ibu saya, agar adiknya diberi nama, Kartini,” ujarnya.
Klinik Bersalin Annisa dan Rumah Sakit Ibu dan Anak Annisa sudah tak asing lagi bagi warga Pekanbaru. Sedangkan Panti Asuhan, TK-Paud juga berhasil dia dirikan melalui sebuah yayasan yang dibentuknya dan kini menjadi penyambung harapan bagi anaka-anak kurang beruntung.
Dia juga mahir dalam mengelola bisnis, buktinya, Dendeng Batokok Kincay dan Ayam Geprek Kumlod miliknya, dikenal sebagai salah satu resto favorit di Pekanbaru.
Selain itu, Kartini sangat terampil dengan tulisan-tulisannya. Berkisah tentang perjalanan hidup yang berani keluar dari zona nyaman, lalu banting stir dari seorang PNS menjadi pengusaha wanita. Perjuangan itu diabadikannya dalam sebuah Buku yang berjudul, Tersesat di Jalan yang Benar.
Kondrat sebagai seorang perempuan tetap terjaga kehormatannya dengan mengabdikan diri sepenuh hati sebagai istri yang utuh untuk sang suami, dan ibu yang mulia bagi anak-anak.
Lalu, buku keduanya berjudul: Happy Hamil Happy Mom. Buku ini bercerita tentang segudang pengalamannya selama menjadi bidan dalam menangani berbagai persoalan yang dihadapi oleh pasien. “Buku ketiga saya masih dalam proses,” sambung sambil tersenyum.
Sosok Kartini SKM, sejatinya untuk menyadarkan kaum hawa, bahwa semangat Ibu Kartini sebagai pahlawan wanita yang memperjuangkan emansipasi, selayaknya hidup kembali dalam jiwa-jiwa Srikandi di era milenial. Gigih dalam menggapai mimpi, cerdas dalam bertindak, lantang dalam bersuara, cekatan dalam bekerja, kompetitif dalam berkarya.
Meski demikian kondrat sebagai seorang perempuan tetap terjaga kehormatannya dengan mengabdikan diri sepenuh hati sebagai istri yang utuh untuk sang suami, dan ibu yang mulia bagi anak-anaknya.
Bagi Kartini, tiada indah sebuah pengorbanan, tanpa hadirnya kebahagiaan bagi orang-orang di sekelilingnya.
Kartini lahir di Desa Padusunan, Pariaman, Sumatera Barat, tahun 1963. Katika ayahnya meninggal, anak bungsu dari tujuh bersaudara ini ikut ibu merantau ke Jakarta.
Merantau menjadi satu-satunya pilihan karena memang kondisi ekonomi keluarga tak memungkinkan membuat mereka terus tinggal di kampung halaman.
Awal di Ibukota, mereka hanya tinggal di sebuh kamar kontrakan kecil diisi oleh delapan orang — tujuh anak dan seorang itu.
Kartini menghabiskan masa kecil dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan. Namun bagi ibunya, tetap pendidikan lebih dari segala-galanya.
Nama Kartini yang melekat pada dirinya seolah menjadi doa mustajab. Memberi roh untuk terus berjuang menjadi seorang perempuan yang layak diperhitungkan di semua lini. Dan semua itu berhasil dia gapai berkat semangat juang yang tinggi.
Masih jelas dalam ingatannya, bagaimana dulu ketika dia masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Setiap Hari Kartini, di sekolah ini selalu dirayakan dengan pakaian-pakain ala ‘Kartini’ (kebaya, sanggul), dalam sebuah ajang perlombaan.
“Saya sih nggak pernah menang. Tapi saya sering ikut. Saat usia remaja, saya sudah memikirkan bahwa Ibu Kita Kartini selalu dielu-elukan sebagai pejuang emansipasi wanita,” katanya.
Disematkan nama Kartini pada dirinya menjadi beban moral yang dia pikul sampai akhir hayat nanti. Orang tuanya memberi nama Kartini menyimpan segudah maksud. Ada harapan di balik nama itu. Kartini menyadari saat dia diusia remaja. Sehingga membuatnya sadar bahwa dia punya tanggung jawab moral untuk mencerdaskan kehidupan para perempuan dan melanjutkan tugas-tugas mulia agar para wanita tetap berdaya.
“Jadi kalau saya tidak menjadi siapa-siapa, begitu malu. Tapi kalau saya berhasil, mungkin inilah salah satu cara bagi saya untuk membahagiakan orang tua, dan saya bisa berbuah untuk orang banyak. Intinya, sejak kecil itu, saya ingin menginspirasi banyak orang,” tuturnya.
19 tahun mengabdikan diri sebagai sebegai PNS, muncul rasa jenuh dan ingin menantang diri untuk terjun ke dunia entrepreneur.
Tahun 2003 Kartini memberanikan diri untuk cuti di luar tanggungan negara. Saat itulah dia mulai memantapkan diri untuk terjun dalam dunia bisnis.
Ketika itu dia sudah menjalankan usaha praktik bidan dan klinik bersalin. Kartini, selama masa cuti menyibukkan diri dengan ikut seminar, workshop, pendidikan yang mengarah pada pengembangan diri (motivasi) dan wirausaha, hingga akhirnya dia jatuh hati dalam dunia ini.
Tahun 2006, tekatnya sudah bulat. Kartini mengajukan permohonan pensiun dini dari PNS, lalu dia fokus mengembangkan usaha-usahanya.
“(Bisnis) memang nggak bisa setengah-setengah, nanti hasilnya juga setengah-setengah. Jadi saya lepas PNS dan fokus menjalankan usaha.”
“Inilah saya. Saya berusaha mengembangkan diri sebagai pengusaha, menguatkan karekter, memberanikan diri, walau agak kebablasan. Bikin usaha banyak, beberapa jalan beberapa mati. sampai hari ini usaha lebih dari lima jalan. Yang bangkrut juga banyak, hahaha,” kata Kartini.
Dewa Eka Prayoga — Penulis delapan buku best seller, Founder Billionare Store — melihat Kartini sebagai sosok yang punya motivasi tinggi untuk berkembang. Rasa tak pernah puas akan ilmu dan selalu ingin mencoba telah menghantarkannya menjadi seperti sekarang.
“Bu Kartini itu punya segudang pengalaman dalam menangani problematika kehidupan apalagi tentang dunia kehamilan dan persalinan. Semua itu terlihat dari kepiawaiannya mengatasi setiap masalah yang dihadapi,” tulis Dewa Eka Prayoga dalam testimoninya di Buku Happy Hamil, Happy Mom.
Selain Dewa Eka Prayoga, sang motivator ulung Tung Desem Waringin, juga mengetahui secara persis bagaimana mana Kartini melangkah demi langkah melewati proses panjang sehingga menjadi sosok perempuan tangguh. Kedua orang inilah yang sangat berjasa dalam mengubah karakternya menjadi perempuan berdaya.
Saat berbincang dengan bertuahpos.com di kediamannya di Jalan Garuda, Pekanbaru, Kartinya mendengarkan sebuah rekaman suara yang dikirim Tung Desem Waringin melalui pesan Whats App. Tung kini terbaring di rumah sakit karena dinyatakan positif COVID-19. Namun kondisinya sudah mulai membaik.
Di balik suara itu Tung Desem Waringin tetap membakar semangat Kartini untuk terus maju menjadi wanita berdaya, menginspirasi banyak orang dan tetap berjuang untuk membahagiakan sesama. (bpc3)
Bersambung…