BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Nabi Muhamma SAW, diisra mirajkan Allah untuk menerima perintah salat. Ini adalah peristiwa aqidah bagi umat muslim. Abu Bakar merupakan sahabat yang pertama menyatakan keyakinannya atas perjlanan nabi, dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, kemudian naik ke Sidratul Muntaha di atas langit ketujuh.
Salah satu tafsir tertua berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW; Sidratul Muntaha berakar pada singgasana (Arsy). Itu menandakan puncak pengetahuan setiap orang yang berpengetahuan baik, termasuk di dalamnya malaikat dan rasul. Segala sesuatu di atasnya adalah misteri yang tersembunyi, tidak diketahui oleh siapa pun kecuali Allah semata. Di sidratul muntaha, Rasulullah menerima perintah salat.
Lantas muncul pertanyaan, tidakkah sesat aqidah seseorang yang mengatakan bahwa sesungguhnya Allah bersemayam di arsy. Kalimat ini seolah menyamakan Allah dengan makhluk, dengan membayangkan Allah duduk di atas singgasana bak raja.
Ustaz Abdul Somad, dalam sebuah ceramahnya menjelaskan, keliru jika ada yang menyamakan Allah duduk di atas singgasana bagaikan seorang penguasa (makhuk ciptaannya) sama saja dengan orang kafir sebab bertentangan dengan 2 ayat.
“Pertama, ayat yang berbunyi; Allah tak bisa disamakan dengan apapun. Lalu, apa makna Allah duduk di atas Arsy? datanglah orang menyakanhal itu kalangan salaf soleh, dan mereka tak mau jawab. Kemudian ditanyakan lagi ke Imam Malik untuk mendapatkan jawaban itu,” jelasnya.
Menurut penjelasan Ustad Somad, Imam Malik memaknai bahwa kalimat itu merupakan kalimat perumpamaan. “Duduk di atas kursi” semua orang tahu. Lalu bagaimana Allah duduk di atas arsy? tak ada orang yang tahu. Namun setiam mukmin wajib hukumnya beriman kepada ayat itu.
“Sebagian ulama berpendapat bertanya tentang itu hukumnya bid’ah. Namun sebagian lagi berusaha untuk memaknai bahwa sesuangguhnya kalimat itu menandakan bahwa Allah berkuasa atas segala sesuatu. Allah menciptakan arsy untuk menunjukkan kuasanya, bukan untuk menyatakan tempat duduknya,” ungkap Somad.
“Bapak Walikota Herman Abdullah duduk di atas singgasana Wali Kota selama 2 periode, apakah maknanya dia duduk di atas kursi itu selama 10 tahun? Bukan. Tapi artinya dia berkuasa selama 10 tahun, itu maknanya,” sambungnya.
Kesimpulannya menurut Ustad Abdul Somad, untuk memaknai ayat-ayat mutasyabihat ada 2; Pertama, serahkan sepenuhnya kepada Allah SWT. Kedua, dengan cara ta’wil, tidak bisa disamakan Allah dengan makhluk. (bpc3)