“Tidak pernah puas”. Begitulah sifat manusia. Dalam Al-Quran, Allah SWT pernah mengatakan. “Jika diberikan segunung emas kepada mereka (manusia), maka mereka akan minta lebih dari itu.”
Cerita mistik yang muncul di balik fenomena penglaris dagang sudah menjadi rahasia umum. Namun untuk urusan percaya atau tidak kembalikanlah pada keyakinan masing-masing. Tentu saja kadar keimanan seseorang menjadi jaminan apakah bisa terpengaruh atau tidak.
Namun realita menyatakan itu nyata, meski tidak terlihat secara kasat mata. “Setan tidak akan berhenti menggoda manusia dengan rebagai macam kesenangan hingga manusi mengikutinya”. Kalimat itu juga dijelaskan dalam kitab suci Al Quran.
Bicara soal penglaris, sudah pasti erat kaitanya dengan berdagang. Dalam sebuah riwayat, beberapa sumber menyebutkan yang paling terkenal dengan mitos penglaris ini di Gunung Kawi di daerah Jawa Timur.
Bahkan sampai mengikuti ritual-ritual tertentu, dari meletakkan sesaji, membakar dupa, dan bersemedi selama berjam-jam, berhari-hari, bahkan hingga berbulan-bulan. Tempat lain yang katanya juga banyak didatangi orang untuk mendapatkan penglaris adalah Gunung Kemukus di Jawa Tengah.
Fenomena penglaris biasanya berkaitan erat dengan dagang makanan. Anomali yang muncul di tengah publik, jika disutu tempat makan disebu konsumen dalam jumlah banyak, atau selalu ramai, maka persepsi tentang hal ini bermunculan.
Namun salahkah hal demikian. Tidak. Ada banyak kasus yang bisa menjelaskan hal ini secara logis. Dalam Al Quran juga dijaskan bahwa manusia dan jin, hidup secara berdampingan. Bahkan tidak sedikit kegiatan manusia yang menggunakan “jasa” jin atau mahluk tak kasat mata.
Pengertian Penglaris Dagangan disini ialah bentuk ikhtiar sebagai seorang Muslim supaya usaha atau dagangan laku dan dapat dibeli oleh para pembeli dan konsumen dengan benar. Dan berdoa, sebagai bentuk penghambaan diri terhadapketidak mampuan manusia dalam melakukan dan mendapatkan sesuatu. Beberapa ulama memang menyarakan kepda orang yang berprofesi sebagai pedagang hendaknya banyak berdoa dan berzikir.
Namun adakah cara lain yang dilakukan agar dagangan laris dengan mudah? Ada. Kehidupan masyarakat Indonesia khususnya, masih sangat dekat dengan dan percaya dengan ramalan-ramalan mistik. Zaman boleh modern, dunia boleh millenium, namun mitos tetaplah abadi dan tetap akan dipercaya sampai kapanpun.
Salah satu faktor penyebabnya yakni pengalaman yang terjadi diluar akan sehat, dan sulit dicerna dari akal fikiran.Namun hal itu benar adanya. Allah bahkan menyuruh umat untuk meyakini tentang hal yang gaib yang tertuah dalam Rukun Iman. Al Quran banyak bercerita tentang jin dan setan. Bersekutu dengan setan adalah perbuatan syirik.
Faktanya, hal ini benar adanya. Faktanya, ada manusia yang besekutu dengan jin dan setan. Faktanya, ada yang memanfaatkan “jasa” makhluk ini untuk mendapatkan keuntungan duniawi semata. dan Faktanya, penglaris itu bukan hanya sekedar mitos, walau sulit untuk dibuktikan dengan logis. Bukan hanya isapan jempol semata.
Dalam satu riwayat menyebutkan bahwa tempat dagang, misalnya saja rumah makan yang menggunakan penglaris dengan jasa jin dan syetan. Energi yang dikeluarkan makhluk seperti ini, adalah energi negatif. Jika termakan oleh orang dengan jiwa spiritual positif yang kuat biasanya akan mental. Dengan berbagai cara, bisa jadi makanan tersebut tidak enak. Atau mual-mual setelah makan. Bahkan muntah saat memakan makanan itu.
Terlepas dari semua itu Islam mengajarkan umatnya untuk selalu suci dalam melakukan apapun. Termasuk berdoa sebelum makan. Tujuannya tidak lain supaya terhindar dari godaan setan. “Allah tidak akan menurunkan segala sesuatu tanpa sebab.” Itulan alasan utama mengapa selalu dianjurkan untuk berdoa sebelum makan. Termasuk hal lainnya.
Soal penglaris Makanan, Mitos Atau Fakta? siapa saja boleh berspekuliasi dan mempercayainya atau tidak. Namun kadar keimanan seseorang tentunya sangat menentukan cara sikap dan cara berfikir seseorang. Terlepas dari benar atau salah mengenai mitos penglaris makanan, boleh percaya, boleh tidak.
Penulis: Melba Ferry Fadly
Â