Oleh: WinovriÂ
Pemimpin Desk CorsecÂ
Bank Riau Kepri
UANG banyak, rikikonya rendah. Logika ini sebenarnya terbalik dalam dunia perbankan. Karena, justru uang banyak malah beresiko tinggi. Lantas bagaimana mengambil sikap yang tepat dalam mengatasi ini? Pilih uang sedikit resiko rendah, atau uang banyak tapi high risk? Maka dibutuhkan model pemimpin yang memiliki kekuatan SDM militan. Seorang yang memiliki kekuatan SDM yang kuat. Paham betul tentang kegiatan perbankan. Praktis, dibutuhkan model SDM yang handal dan berenergi.
Tapi secara sederhana, kegiatan perbankan selain itu membutuhkan SDM pemimpin bank yang mampu mengambil langkah efisiensi dalam penggunaan modal demi pertumbuhan bank itu sendiri. Dengan kata lain kekuatan untuk memutar modal. Uniknya, memang secara harfiah yang namanya bisnis ada saja kegiatan menjual seperti rugi, tapi sebenarnya tidak.Â
Seperti halnya menjual untuk bakulan, atau kredit ke pasar-pasar. Tapi ini juga harus memakai risk control system. Tidak melakukan pendekatan seperti lembaga non bank dalam penagihan kredit, tapi tetap dengan pendekatan yang ramah dan merakyat. Maka, model SDM pemimpin ini yang terkadang mampu memacu pertumbuhan sebuah bank menuju ikon pertumbuhan ekonomi masyarakat.Â
Tingkat kesehatan bank (TKB) diantaranya bisa dilihat dari uang yang digunakan bank atau dijual dalam bentuk aktiva produktif
Sebagai contoh, bank pembangunan daerah berdasarkan rekam jejaknya, sudah mulai melakukan tahapan ini. Walaupun memang, upaya ini butuh waktu, dan proses yang panjang. Terobosan-terobosan seperti ini sudah dilakukan sejak perbankan ini ada. Kelihatan riaknya sejak BRK dipercayakan pada Tengku Alang Darmawan yang membawa gaya kebijakan BNI.Â
Tentu harapan semua pihak ke depan, SDM pemimpin mampu memainkan memposisikan diri sebagai CCTV. Karena harus selalu mengevaluasi ketersediaan dana bank per tri wulan. Dengan gaya kepemimpinan ini diharapkan kredit macet dapat selalu terpantau. Karena ini juga dampak dari ‘penjualan’ kredit, agar menjadi kredit produktif. Dalam hal ini, SDM seorang pemimpin memang mesti cakap dan penuh kehati-hatian dalam melakukan penjualan. Peran komisaris menjadi penting, memberi masukan, kritikan bahkan menegur jika sistem ini ada noise di lapangan.Â
Kembali soal dana bank, jika sumber dana yang didapat banyak dana murah, berarti banknya dikategorikan sebagai bank aman dan sehat, Tingkat Kesehatan Bank (TKB) baik. Sama artinya kalau reputasi banknya bagus. Dampaknya, setiap orang yang meletakkan uangnya di bank bersangkutan, sudah tidak lagi melihat bunga bank. Karena sudah dilandasi azas kepercayaan alias TRUST. Dengan fasilitas cukup, terjaga, terjamin, dan yakin tak akan terjadi kehilangan.Â
Sebaliknya, kalau bank sudah tidak mampu mencari dana, malah harus membayar hutang-hutangnya, operasionalisasi bank tidak bisa dipertahankan lagi. Tingkat kesehatan bank pada level terendah, maka bank di ambang kehancuran. Dipastikan tingkat pengawasan dari komisaris menurun bahkan mungkin tidak ada sama sekali. Kondisi ini, walaupun sudah disuntik segala macam ‘obat penawar’, tetap saja bank harus dilikuidasi oleh pemerintah.Â
Keberanian Ekspansi: high risk high return
Dalam aturan perbankan pada dasarnya pemerintah pusat tidak melarang, jika sumber dana giro, tidak lagi menjadi pilihan bank. Terlebih bank yang sudah go publik. Mungkin inilah yang memicu pemegang saham mulai mengembangkan bisnis atau ekspansi. Dengan harapan mendapat bunga yang lebih besar, sebagai fasilitas bank. Apalagi, tabungan tidak boleh digunakan sebagai sumber dana oleh institusi. Negosiasi pemerintah daerah sebagai pemegang saham dengan bank daerah pun terjadi. Karena yang punya bank juga pada dasarnya pemerintah daerah. Maka, trennya bergeser ke deposito.
Sekali lagi dibutuhkan SDM pemimpin bank yang memiliki strong human resorces, agar ini juga mengalir dalam mindset SDM jajaran direksi dan karyawan lainnya
Pengalaman di BRK, sebelum tahun 1988, kredit di bank itu hanya satu, yaitu resiko kredit (diistilahkan a cord 1). Tapi setelah a cord 2 (tahun 2004), resiko di bank mulai berkembang sampai 10 macam. Seperti resiko likuiditas atau resiko operasional. Singkat cerita, uang yang BRK kumpulkan sebagai sumber dana, memang harus dibungkus dengan prinsip kehati-hati dalam menjualnya.Â
Ulasan ini menggambarkan kalau tingkat kesehatan bank (TKB) diantaranya bisa dilihat dari uang yang digunakan bank atau dijual dalam bentuk aktiva produktif. Seperti antar bank aktivanya, ada kredit yang diberikan, dan ada surat berharga. Artinya dengan harta bank yang besar, belum tentu kecil resikonya.Â
Sekali lagi dibutuhkan SDM pemimpin bank yang memiliki strong human resorces, agar ini juga mengalir dalam mindset SDM jajaran direksi dan karyawan lainnya. Tinggal universitas sebagai wadah candradimuka menyiapkan generasi yang memiliki strong human resorces. ***