Dua kapal nelayan Indonesia dinyatakan hilang di Australia, setelah diterpa badai topan Ilsa beberapa hari lalu.
Sementara sepuluh nelayan Indonesia berhasil diselamatkan oleh aparat setempat di lepas pantai utara Australia Barat.
Diperkirakan, topan Isla mengandaskan dua kapal nelayan tersebut ke sebuah pulau kecil bernama Pulau Bedwell, sekitar 300 mil laut dari Broome, Austalia Barat.
Sepuluh nelayan yang berhasil diselamatkan sebelumnya berada di kapal penangkap ikan bernama Express.
Sebelum berhasil diselamatkan, kesepuluh nelayan itu luntang-lantung di tengah laut selama enam hari tanpa makanan serta air bersih.
Keberadaan mereka yang terdampar berhasil dilihat oleh pesawat Australian Border Force (ABF) yang melintas di sana.
Usaha penyelamatan kemudian dilakukan, di mana para nelayan tersebut kemudian dipindahkan ke Broome dengan helikopter dan kemudian mendapatkan bantuan medis.
Namun delapan nelayan yang berada di kapal kedua, Putri Jaya, hilang dan diperkirakan tenggelam.
Warga di pulau Rote di Nusa Tenggara Timur mengatakan kepada ABC bahwa dua kapal lain yang berlayar dalam waktu bersamaan – meski mengikuti jalur terpisah- sampai sekarang belum diketahui nasibnya.
Dua kapal tersebut masing-masing adalah Cahaya Alor dan Tuan Muda.
Disebutkan bahwa ada sembilan orang berada di kapal Cahaya Alor, tetapi belum diketahui berapa orang di kapal Tuan Muda.
ABC sudah menghubungi Otoritas Keamanan Maritim Australia (AMSA) untuk menanyakan hal tersebut dan berusaha mencari keberadaan kedua kapal tersebut.
Seorang selamat dari Putri Jaya
Kiriman pesan SMS dari AMSA kepada Badan Nasional Pencarian dan Penyelamatan (BASARNAS) Indonesia yang dilihat oleh ABC menjelaskan pengalaman dramatis salah seorang nelayan yang berada di kapal Putri Jaya.
Rama Jalatino berada di kapal Putri Jaya saat melaut pada 12 April, di mana gelombang besar membuat kapal rusak dan mulai tenggelam.
Rama kemudian mengikatkan diri pada sebuah drum plastik berisi air sebelum kemudian meloncat ke laut sekitar jam 3 pagi.
Dia berenang selama 30 jam sampai dia melihat adanya daratan dan menuju ke sana.
Beruntungnya daratan itu adalah Bedwell Island, di mana dia bertemu awak kapal nelayan Express.
Musibah menjelang Lebaran
Ibu dari salah seorang awak kapal Putri Jaya yang hilang mengatakan terkejut dengan berita ini apalagi terjadi menjelang Lebaran.
Kusmawati mengatakan anaknya yang berusia 27 tahun, Yamin Pulling, hilang.
“Sebagai orangtua, saya sedih sekali. Ini menjelang Lebaran dan dia tidak bersama kami, saya sangat terguncang,” katanya.
“Saya meminta pertolongan kepada pemerintah Australia untuk mencari dan menemukan dia karena dia tulang punggung keluarga dan satu-satunya harapan kami.
“Sebelum pergi, Yamin mengatakan kepada saya dia akan pergi ke Australia untuk menangkap ikan.
“Dia ingin memberikan uang kepada saya, orangtuanya, memberikan uang untuk merayakan Idul Fitri namun sekarang dia terkena musibah.
Susahnya upaya penyelamatan
Gordon Watt dari perusahaan PHI Aviation yang mengirimkan helikopter untuk mengevakuasi para nelayan dari Bedwell Island mengatakan mereka harus membuat tenda darurat di pantai tidak jauh dari lokasi terdamparnya kapal Express.
Dia mengatakan para nelayan tersebut “sangat bersyukur” ketika tim PHI Aviation tiba.
“Mereka yang selamat ini mengatakan mereka memerlukan air minum dan makanan,” katanya.
“Mereka sudah berada di sana selama beberapa hari dalam situasi yang rawan tanpa makanan dan air.
“Mereka senang sekali melihat tim kami yang membawa mereka ke daratan di Australia.”
Watt mengatakan upaya penyelamatan sulit dilakukan karena mereka tiba ketika hari gelap dan helikopter tidak bisa mendarat di pantai berpasir sehingga mereka harus menaikkan semua awak nelayan itu dengan tali.
“Jadi ini sangat menantang bagi para awak kami melakukan penyelamatan dan kami senang bahwa bisa membawa mereka dengan aman kembali ke Broome,” katanya.