BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Pemerintah kolonial Belanda memandang orang Arab sebagai ancaman. Karena dilarang berbaur dengan pribumi. Sehingga, gerakan pun dibatasi.
Orang Belanda sejatinya punya sejarah panjang memisahkan masyarakat koloninya, Bermyla dari Kongsi Dagang Hindia Timur (VOC) yang menguasai Batavia paruh pertama abad 17, maka VOC memukimkan penduduk berdasarkan asal daerah dan agama (wijkwnstelsel).
Inilah awal munculnya Kampung Jawa, Ambon, Bali, Makassar, Pekojan (India) dan Pecinan (Tionghoa).
“Tak Kurang dari 40 kelompok masyarakat diciptakan demikian , dan dapat perlakuan berbeda,” tulis Parakitri T Simbolon, dalam buku Menjadi Indonesia.
Masing-masing kampung punya seorang kepala kampung (wijkmeester), yang bertanggungjawab pada seorang kapiten. Para kapiten inilah menjadi ketua kelompok masyarakat.
Dengan tugas melaporkan kondisi kelompoknya pada penguasa Batavia kala itu. Cara ini akan memudahkan penguasa Batavia mengontrol dan mencegah pembauran antar kelompok penduduk. Demi stabilitas keamanan kota terjaga. Namun VOC meerapkan perlakuan berbeda pada orang Arab.
VOC menempatkan orang Arab sekampung dengan orang India, karena sam-sama beragama Islam. Saat itu populasi orang Arab masih sedikit, tapi penguasa Batavia tetap memandang Arab jadi ancaman. Penguasa Batavia lebih percaya pada kelompok seagama dengan mereka.
“Sementara mereka yang punya agama sama dengan penguasa atau paling tidak tidak menganut agama islam, yang dipandang oleh penguasa sebagai keyakinan musuh. Yang mempunyai posisi yang diistimewakan. Dan itu mempunyai tingkat kepercayaan tertentu,” tulis WF Watherheim dalam Masyarakat Indonesia dalam Transisi, sebagai dampak Perang Salib abad 12.
Api permusuhan itu tak bikin ciut nyali orang Arab. Mereka sudah merasa warga nusantara. Imigrasi pun pun terus mengalir, terutama dari Hadramaut Yaman. Kekhawatiran orang Belanda terbukti pad akhir abad 18 pedagang Arab mendirikan kesultanan di Sumatera dan Kalimantan.
Belanda pun tambah pusing, karena populasi orang Arab kian banyak pertengahan abad 19. Arab jadi minoritas terbesar kedua setelah Tionghoa. Kolonial pun mempersempait ruang gerak. Di Batavia mereka hanya boleh bermukin di empat distrik: Penjaringan, Pasar Senen, Tanah Abang, dan Mangga Besar. (bpc5)