BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Inflasi menjadi salah satu faktor penting sebelum kita memutuskan untuk berinvestasi. Terutama kita yang menentukan investasi untuk jangka panjang.
Sebelum lebih jauh membahas bagaimana inflasi berperan dalam investasi, kita akan mengenal secara umum apa itu inflasi?
Inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (continue).
“Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya,” kata Auriga Agustina dalam artikelnya: Ini Penyebab Inflasi dan Dampaknya terhadap Negara” yang tayang di IDN Times (Diakses tanggal 2020-10-16).
Fakhruddin Putri Keumala Sari dalam jurnal ilmiah: Identifikasi Penyebab Krisis Moneter dan Kebijakan Bank Sentral di Indonesia: Kasus Tahun (1997-1998 dan 2008), menyatakan bahwa inflasi sangat dekat dengan mekanisme pasar.
Penyebabnya beragam antara lain: konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.
Selain itu, ketidakstabilan ekonomi dan tingkat penjualan juga menimbulkan inflasi. “Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu,” ungkap Serafica Gischa dalam artikelnya: Pengertian Inflasi: Indikator, dan Pengelompokan Halaman all, yang diterbitkan Kompas.com.
Inflasi akan terus naik. Kenaikan inflasi akan menggerus nilai uang yang kita investasikan. Contoh sederhana, tahun 1980-an nilai Rp2 juta sangat besar, karena nilai kebutuhan pokok masih sangat kecil. 30 tahun kemudian nilai rupiah itu menjadi kecil karena harga kebutuhan pokok menigkat.
Jika kita tidak mengikutkan faktor inflasi dalam memilih sarana investasi, bisa jadi uang yang kita investasikan malah mengecil daya belinya.
Menurut laporan dari Bank Indonesia, untuk Agustus 2013 Indonesia mengalami inflasi sebesar 8.79% dan pada bulan Juli 2013 8.61%.
Berarti, jika kita menanamkan mendepositokan uang yang memberikan bunga 5.46% untuk 1 tahun, atau bahkan di Bank Swasta non-devisa (yang terkenal dengan reputasi suku bunga yang tinggi) 7.21% untuk 1 tahun, sebenarnya Anda sedang kehilangan uang.
Bagi mayoritas orang, berinvestasi pada saham atau reksadana saham adalah salah satu cara untuk bersaing dengan inflasi.
Perlu diperhatikan bahwa nilai saham bisa naik atau turun kapan saja, ini termasuk dalam investasi beresiko, namun saham juga menawarkan potensi keuntungan terbesar dan telah secara konsisten melampaui inflasi sejak tahun 1940-an. (bpc2)