BERTUAHPOS.COM – Pasar industri farmasi Indonesia saat ini dinilai masih kerdil jika dibandingkan pasar ASEAN bahkan dunia. Secara keseluruhan, nilai industri farmasi lokal hanya mencapai 2 persen dari PDB atau sekitar Rp 1 triliun.
Direktur Utama Phapros, Iswanto, menilai peran pemerintah nihil dalam industri kesehatan. Bahkan, tidak ada insentif bagi industri farmasi.
“Industri kesehatan atau farmasi Indonesia itu pincang, bahkan hampir 95 persen produk kesehatan dibikin di Indonesia tapi bahan bakunya hampir semua impor,” ujarnya saat acara ‘Paparan Publik Phapros’ di Gedung RNI, Jakarta, Rabu (11/6).
Diakuinya, dengan kondisi seperti ini, Indonesia tidak bakal mampu bersaing atau berkompetisi dengan pasar kesehatan di ASEAN. Untuk menggenjot kinerja industri farmasi mutlak dibutuhkan beberapa kemudahan melalui insentif pajak dan fiskal.
“Tidak mungkin Indonesia bisa berkompetisi dengan keadaan seperti ini. Karena pasar farmasi di Indonesia itu marketnya kecil atau hanya mencapai Rp 1 triliun,” jelas dia.
Bukan hanya masalah bahan baku impor, minimnya infrastruktur di Tanah Air juga menjadi pemicu industri farmasi melempem.
“Kita selalu kalah dengan negara ASEAN. Malaysia itu pertumbuhan industri farmasinya sudah 3,5 persen lalu Singapura 4,7 persen sedangkan kita masih 2,5 persen,” ungkapnya.
Meski begitu, pihaknya tetap mengaku optimis pasar farmasi nasional akan tumbuh baik tahun ini ataupun mendatang. Syaratnya tentu pemerintah lebih memperhatikan pertumbuhan sektor farmasi.
“Dengan memperkuat fondasi infrastruktur akan membuat daya saing yang tinggi,” tutup dia.
Sebagai informasi, PT Phapros Tbk merupakan anak usaha dari perusahaan pelat merah PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI). Phapros bergerak di sektor farmasi.(Merdeka)