BERTUAHPOS.COM — Siti Nurjannah percaya, mengelola usaha dengan konsep ekonomi syariah lebih menjamin keberlangsungan bisnisnya di masa depan.
Himpitan masalah keuangan yang berat pada tahun 2017 lalu memaksanya untuk memulai usaha kecil-kecilan.
Dia sadar, kondisi ekonomi keluarga terancam, jika hanya mengandalkan gaji dari sang suami—yang bekerja sebagai pegawai pemerintah dengan gaji dibayar per enam bulan sekali.
“Saya mulai bikin keripik cabe dari ubi, lalu dititip ke penjual sate di sekitar sini. Pelan-pelan, peminatnya semakin banyak. Saya lalu memutuskan untuk membangun sebuah rumah produksi,” katanya saat bercerita dengan Bertuahpos.com, belum lama ini.
Owner Rumah Produksi Blado ini, sejak awal mengelola usahanya dengan pendekatan prinsip-prinsip ekonomi syariah. Walaupun belum seluruh ekosistem usahanya memberlakukan sistem seperti itu.
“Saya merasa lebih nyaman dan tenang dalam menjalankan usaha. Lagi pula, niat awalnya bukan hanya untuk memperbaiki ekonomi keluarga, tapi saya ingin mendapat berkah dari apa yang saya kerjakan,” katanya.
Saat ini, ada tiga produk unggulan yang diproduksi Siti lewat rumah produksi Blado, yakni; Kentang Mustofa, ikan salai pedas guring, dan produk unggulannya, yaitu keripik singkong balado.
Dalam sebulan, sekitar 2 ton bahan baku dibutuhkan untuk kebutuhan produksi. Seperti singkong, Siti menjalin kerja sama dengan petani singkong di Pondok Pesantren Umar Bin Khattab, Tapung, Kampar.
Untuk bahan baku lainnya, seperti kebutuhan minyak goreng, Siti membeli di salah satu koperasi sekolah islam terpadu di sekitar tempat tinggalnya. Dia sengaja melakukan ini, dan berharap agar pihak-pihak tersebut terbantu secara ekonomi.
Sedangkan dari sisi tenaga kerja, Siti merekrut orang-orang seperti janda dan mereka dengan pendidikan rendah sebagai karyawannya.
“Saya sadar kalau mereka pasti sulit untuk mendapatkan pekerjaan lebih layak. Secara pendidikan rendah, secara skil terbatas. Maka kami menyediakan tempat agar mereka tetap bisa mendapatkan hidup layak,” katanya.
“Mereka tetap mendapat gaji perbulan. Tapi jika penjualan lagi bagus, ada komisi untuk kerja keras mereka,” tuturnya.
Siti menyadari bahwa tuntutan ekonomi keluarga seringkali di luar prediksi. Oleh sebab itu, dia tidak hanya menjadi bos di lingkungan usahanya, tapi juga menjadi kawan cerita bagi karyawan-karyawannya.
“Kalau ada karyawan yang lagi kesulitan dan butuh pinjaman, kami selalu berusaha ada untuk membantu masalah mereka,” jelasnya.
Adapun dari sisi permodalan, sejak awal Siti menghindari pinjaman riba, atau mengajukan KUR ke perbankan konvensional.
Bukan tanpa alasan mengapa dia sengaja memproteksi diri dari pinjaman-pinjaman berbunga. Sebab, itu akan sangat membebani, membuat ekosistem usaha menjadi tidak sehat dalam jangka panjang, dan mungkin seumur hidup kita akan berhutang.
Sejauh ini, dia tetap berusaha menjaga keseluruhan proses bisnisnya agar tetap sesuai dengan prinsip ekonomi syariah, walau belum seutuhnya. Menurutnya, sistem ini lebih berkeadilan dari berbagai sisi.***