BERTUAHPOS.CM (BPC), PEKANBARU – Pengalaman buruk yang pernah dialami Kepala Dinas Pariwisata dan UKM Provinsi Riau, Fahmizal Usman membuktikan bahwa sektor transaportasi di Riau belum siap untuk mendukung pariwisata. “Tahun depan rencananya, sektor transportasi harus kita bina juga,” katanya, Senin (28/12/2015).
Dia bercerita, ketika masih pegang jabatan di RSUD Arifin Ahmad, saat pulang dari Jakarta Fahmi naik salah satu taksi dari Bandara SSK II menuju rumahnya. Di jalan, supir taksi mematok harga sampai Rp 200 ribu. Dia berusaha membujuk agar argo taksi itu dihidupkan saja. “Kalau mau 50 ribu rupiah saya bayar,” katanya.
“Tak bisa Pak, 200 ribu rupiah. Kalau tak mau turun saja,” Â ujar si supir taksi itu menolak. Kepala Dinas Pariwisata itu akhirnya mengancam untuk turun. “Eh, ternyata benar, memang diturunkan saya di dekat MTQ,” sambungnya.
Menurut Fahmi, atas dasar itulah dia melihat bahwa perlu ada pembenahan disektor transportasi di Riau. Hal itu dimaksudkan agar para wisatawan tidak kecewa saat mereka berkunjung ke Riau.
“Kami akan kita lakukan pembinaan, terutama disektor transportasi. Harus ada penyadaran dan pembinaan kepada untuk para pelaku usaha penyedia jasa transportasi itu,” katanya.
Dia mengakui bahwa sikap dan perilaku oknum yang memanfaatkan masuknya orang asing ke Riau akan menjadi kesan buruk. Pemerintah Provinsi Riau, menurutnya harus mengambil langkah cepat untuk mengatasi masalah ini. Dengan kata lain, para pelaku bisnis penyedia jasa transportasi di Riau khususnya di Kota Pekanbaru, masuk dalam sektor penting untuk mendukung tumbuh kembangnya pariwisata di Riau.
“Tak bisa begitu. Seluruh elemen masyarakat harus terlibat jika ingin ada perubahan dengan pariwisata kita. Sekarang belum terlambat, masih ada kesempatan untuk memperbaiki itu,” sambungnya.
Pengalaman yang dialami Fahmizal mungkin acap kali dirasakan masyarakat umum, terutama pada pendatang baru saat ingin berkunjung ke Kota Pekanbaru. Hal ini kecenderungan akan menjadi bahan cerita tatkala pelancong sudah pulang ke daerahnya.
Dia khawatir, hal tersebut menjadi salah satu sikap yang akan menimbulkan persepsi buruk para wisatawan yang ingin menghabiskan waktunya berkunjung ke Riau. Jika tidak cepat diatasi, akan menimbulkan masalah baru bagi pariwisata di Riau.
“Terakhir, untung  saya ketemu kawan di MTQ dan saya minta antar pulang,” sambungnya. (Melba)