“Dengan kondisi hukum yang lemah, perusahaan perkebunan yang masih terus beroperasi bisa saja menjalankan praktik yang tidak bertanggung jawab seperti membuka hutan atau mengeringkan lahan basah. Padahal gambut kaya akan karbon, dan menjadi penyebab utama terjadinya kebakaran hutan yang dikenal sebagai kabut asap,”kata Yuyun Indradi, juru kampanye hutan Greenpeace Indonesia, di Pekanbaru, Rabu (11/6/2014).
Menuru Yuyun, dalam beberapa dasawarsa terjadi kehancuran yang membuat Indonesia area yang mudah terbakar, serta ancaman bagi kesehatan jutaaan orang di Sumatra dan di seluruh wilayah tersebut. Di Asia Tenggara, Asap dari lahan gambut dan kebakaran hutan dapat dihubungkan dengan terjadinya 300.000 kematian selama bertahun-tahun El Nino berlangsung.
“Tahun ini, secara luas diperkirakan akan menjadi tahun El Nino yang ditandai dengan kondisi kekeringan yang panjang terjadi di Indonesia, kebakaran dapat melampaui kebakaran yang terjadi tahun lalu” tegasnya.
Ditambahkannya, negara tetangga seperti Singapura mengambil tindakan melalui usulan mengenai lintas batas kabut asap, tetapi tindakan yang komprehensif untuk mengatasi kebakaran secara mendasar nampaknya belum disikapi oleh pemerintah indonesia.
Namun kabut asap adalah tanda yang paling terlihat bahwa bisnis seperti biasa pada sektor perkebunan tidak dapat dilanjutkan, perlindungan terhadap lahan gambut serta hutan adalah yang terbaik solusi jangka panjang yang tebaik.
“Kita harus menghentikan kebaran hutan dan mencegah bencana kesehatan masyarakat di masa yang akan datang,” tandasnya. (syawal)