BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Jumlah mereka tidak banyak, hanya belasan saja. Mereka memutuskan untuk tidur diaspal tepat di pintu pagar masuk gedung Daerah. Hari itu, Senin siang (08/06/2015) kedatangan para menteri di Riau ternyata disambut demonstasi.
Seorang pria gempal bergulit agak gelap mengenakan kaos berwarna dongker berusaha memanjati pagar setinggi 2 meter itu. Namanya Muhammad Halil. Sebelah kakinya berhasil lepas. Disaat yang bersamaan lengan kirinya tertusuk ujung besi pagar itu, kemudian tubuhnya terpental.
Meski berhasil melewati pagar, Halil hanya tergolek di aspal. Lengannya yang tertusuk itu berdarah. Ada sedikit sisa tulang yang keluar dari robekan luka itu. Sedangkan di ujung pagar yang menikam lengannya, menempel sedikit daging dan bercak darah.
“Tangannya patah, tangannya patah,” teriak teman-teman Halil yang masih berkerumun di luar pagar. Melihat rekannya yang tidak berdaya, salah seorang dari masa bergegas kembali memanjat pagar berusaha untuk menoling.
Halil yang tergolek di aspal panas itu hanya dikerumuni oleh puluhan satpol PP yang berjaga. Satupun dari mereka tidak ada yang mau menyentuh, atau menolong. Sesaat suasana semakin tegang. Sejumlah petugas lainnya berlarian menuju Halil. Lagi-lagi mereka hanya melihat dan tidak memberikan pertolongan.
Di luar pagar, rekan-rekan Halil sudah mulai naik pitam. Suara teriakan muncul dari segala arah. Mereka menggoyang-goyang pagar besi itu agar petugas membuka gembok. Tapi satupun dari petugas Satpol PP yang berjaga, tidak mengeluarkan suara. Petugas ini berusaha menahan pagar itu agar tidak rusak. Bahkan salah seorang dari mereka menahan dengan kaki.
“Woi, itu orang sedang luka. Tolonglah dibuka, Pak. Kami cuma ingin menolong teman kami,” teriak mereka.
Sementara kejadian itu berlangsung, di dalam ruangan Pau Janggi, gedung daerah Provinsi Riau, Plt Gubri Arsyadjuliandi Rachman dan sejumlah Kementerian dari pusat sedang melakukan Rapat Koordinasi tentang kebakaran hutan dan lahan.
Sekitar pukul 02.00 WIB, iringan mobil rombongan menteri itu sudah disambut masa aksi yang sedang berorasi di depan Tugu Perjuangan, di depan Gedung Daerah itu.
Rencananya, rapat ini akan dihadiri oleh Menkopolhukam Tedjo Edy Purdjianto, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar, Jaksa Agung HM Prosetyo, dan Kapolri Badrodin Haiti. Namum kabarnya Kapolri tidak jadi hadir. Pertemuan di Gedung Daerah itupun berlangsung tertutup. Wartawan dilarang masuk untuk meliput.
Setelah melakukan lobi dengan aparat kepolisian, akhirnya gerbang dibuka. Halil diangkat beberapa temannya dan dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Ahmad. Aksi itu seolah menjadi petaka menyambut kedatangan sejumlah menteri ke Riau.
Aksi massa yang dilakukan pada siang menjelang sore itu berlangsung didua titik. Front Perjuangan Rakyat (FPR) yang tergabung dari Serikat Pemuda Riau, Serikat Perempuan Indonesia dan Jaringan Masyarakat Gambut Riau, itu, terfokus pada pintu masuk gedung di Jalan Diponegoro. sedangkan satu titik lagi, puluhan masyarakat kampar, yang tergabing dalam Gerakan Rakyat Kampar juga melanjarkan tudingan-tudingan mereka terhadap bupati kampar Jefri Nur, tepat di bawah tugu perjuangan.
Front Perjuangan Rakyat menuntuk kepada sejumlah menteri yang berkunjung ke Riau untuk menghentikan monopoli perdagangan dan perampasan tanah rakyat Riau. “Kami mendesak agar pemerintah mencabut izin perusahaan pembakar lahan dan hutan di Riau,” kata Koordinator Umum Aksi, Rendy Perdana Khasmy.
Dia menilai pemerintah harus segera menerbitkan Peratuaran Daerah yang mengatur tata kelola lahan, tentunya berpihak kepada rakyat. Mereka juga meminta agar pejabat pemangku kekuasaan itu menghentikan kriminalisasi terhadap petani. Mereka juga meneriakan secara tegas menolak kebijakan Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia atau MP3EI.
Sementara di titik lainnya, Koordinator Lapangan Gerakan Rakyat Kampar Rahmat Yani menyuarakan sejumlah kejahatan yang dilakukan bupati mereka. Diantaranya kasus ijazah palsu dan sejumlah kasus illegal logging yang terjadi Kabupaten Kampar.
Massa dari Front Perjuangan Rakyat akhirnya membubarkan diri setelah insiden itu. Sementara rombongan aksi dari Gerakan Masyarakat Kampar memilih duduk lesehan di sekitar tugu perjuangan, hingga iringan mobil rombongan dari menteri kembali meluncur ke bandara Sultan Syarif Kasim II.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehitanan tidak bicara banyak usai pertemuan itu. Dia hanya menjelaskan bahwa untuk kasus karhutla di Riau, para penegak hukum masih dinilai lemah. “Koordinasi antara aparat masih lambat,” katanya. (melba)