BERTUAHPOS.COM — Axial Seamount, Gunung api bawah laut diperkirakan akan meletus sebelum akhir tahun 2025 ini. Gunung ini salah satu gunung api bawah laut paling aktif di dunia.
Axial Seamount berada di kedalaman Samudra Pasifik. Jaraknya sekitar 470 kilometer dari Pantai Oregon, Amerika Serikat. “Gunung ini sedang membengkak. Akumulasi magma di dalamnya terlalu kuat,” menurut para ilmuwan dalam pertemuan tahunan American Geophysical Union 2024, seperti dikutip dari ZME Science.
Pemantauan terhadap gunung api bawah laut Axial Seamount sudah dilakukan sejak satu dekade belakangan. Pemantauan dilakukan terhadap ritme pergerakan vulkaniknya yang selalu konsisten. Dari pola yang terjadi saat ini, diasumsikan bahwa Axial Seamount siap meletus. Bahkan bisa mencapai ambang inflasi seperti di tahun 2015 lalu. Gunung ini diperkirakan akan meletus di tahun ini, 2025.
Keunikan Axial Seamount terletak pada keteraturan letusannya. Sejak 1998, gunung ini telah meletus tiga kali, yaitu pada 1998, 2011, dan 2015. Setiap letusan diawali dengan dasar laut yang mengembang akibat magma yang terkumpul, diikuti peningkatan aktivitas seismik, sebelum akhirnya terjadi erupsi. Pola ini memberikan kesempatan bagi para ilmuwan untuk mempelajari dan memprediksi aktivitas vulkanik dengan lebih akurat.
Selama lebih dari satu dekade, jaringan sensor di sekitar Axial telah mendokumentasikan aktivitas gunung ini secara rinci. Pada akhir 2023, data menunjukkan tingkat inflasi Axial berlipat ganda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pada pertengahan 2024, aktivitas seismiknya melonjak hingga mencatat lebih dari 500 gempa bumi per hari. Kondisi ini menunjukkan tekanan di dalam gunung semakin meningkat, yang berarti letusan bisa terjadi sewaktu-waktu.
Axial Seamount merupakan gunung berapi bawah laut yang paling terinstrumentasi di dunia. Jaringan monitoring yang meliputi sensor tekanan dasar laut, kendaraan bawah air otonom (AUV), dan kendaraan kendali jarak jauh (ROV) memberikan data yang sangat rinci. Dalam penelitian terbaru, teknik seismik mutakhir, yaitu full waveform inversion (FWI), berhasil menghasilkan gambaran resolusi tinggi tentang struktur bawah permukaan Axial.
Data ini mengungkap keberadaan reservoir magma utama di bawah puncak Axial dengan fraksi lelehan mencapai 37%, mendekati ambang batas mobilisasi magma. Di sebelah barat reservoir utama terdapat reservoir lebih kecil yang terhubung melalui saluran tipis. Struktur asimetris ini menjelaskan mengapa erupsi terakhir Axial terjadi di sisi timur kaldera.
Letusan gunung bawah laut seperti Axial tidak selalu berbahaya bagi manusia, tetapi dapat memicu tsunami dan mengguncang ekosistem laut. Sebagai perbandingan, letusan gunung bawah laut Hunga Tonga pada 2022 menimbulkan kerugian hingga $90 juta. Para peneliti berharap letusan Axial berikutnya bisa diamati langsung untuk mempelajari dampaknya terhadap sistem hidrotermal dan ekosistem laut.
Selain itu, letusan ini juga membuka peluang untuk menyempurnakan teknik prediksi. Dengan bantuan kecerdasan buatan, para ilmuwan kini dapat menganalisis pola gempa pendahuluan, yang mungkin memungkinkan prediksi erupsi hingga hitungan jam sebelum terjadi. Jika berhasil, pendekatan ini bisa merevolusi cara pemantauan gunung berapi di seluruh dunia.
Axial Seamount terletak di pertemuan Juan de Fuca Ridge dan Cobb Hotspot, area dengan pasokan magma yang melimpah. Penelitian menunjukkan bagaimana magma di daerah ini terakumulasi, terkumpul, dan akhirnya keluar, berkontribusi pada pembentukan kerak samudra. Erupsi sebelumnya pada 2015 menghasilkan 156 juta meter kubik lava, menciptakan formasi dasar laut baru sepanjang 19 kilometer.
Meski begitu, prediksi tetap disertai dengan peringatan. “Selalu ada risiko gunung berapi akan mengikuti pola yang belum pernah kita lihat sebelumnya,” kata Michael Poland dari US Geological Survey. Tantangan utamanya adalah menerjemahkan pola yang terlihat di Axial menjadi prinsip universal yang dapat diterapkan pada gunung berapi lain di dunia.***