BETUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Upaya Pemerintah Riau untuk mengembangakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), sebagai basis pertahanan ekonomi, sepertinya masih jauh dari harapan. Pasalnya, jangankan untuk melibatkan diri ikut mempromosikan peduk UMKM, berkunjung atau mendatangi langsung tempat usaha masyatakat boleh dikatakan hampir tidak pernah sama sekali.
Begitulah yang dikatakan Tini, seorang wanita paruh baya pemilik usaha mandiri keripik nenas dan keripik nangka Usaha Baru Ibu, di Desa Kualu Nenas, Kabupaten Kampar. Padahal lokasinya tidak jauh dengan perbatasan Kota Pekanbaru. “Jangankan diajak, sekalipun berkunjung ke tempat usaha kita, tidak pernah,” katanya kepada bertuahpos.com, Jumat (04/03/2015).
Selain itu, dia juga menyebutkan jika pada kesempatan ada momentum, atau even-even berskala besar, hampir keseluruhan unit usaha masyarakat di tempat itu tidak pernah dilibatkan. Dia bukan takut kalau produk olahannya tidak laku. Namun setidaknya, keterlibatan pemerintah setidaknya akan menjadi pondasi kuat bagi UMKM kecil untuk tetap mengembangkan usahanya.
Harapan besar bagi pelaku UMKM, seperti Tini kepada pemerintah Provinsi Riau atau Pemerintah Daerah Kampar, tidak lain hanya untuk pengembangan SDM dan pemasaran produk mereka. Dia menyebutkan bahwa kabar pemerintah akan membatu dan mendukung kegiatan pelaku usaha kecil, hanya sebatas wacana saja. Tapi buktinya sampai saat ini tidak ada program-program yang dicanangkan sampai ke mereka.
Aiyasah, seorang karyawan gerai Lopek Bugi Elis di Danau Bingkuang, Kampar juga menyebutkan hal serupa. Dia mengakui secara umum kondisi UMKM di tempat itu sebagian besar adalah hasil swadaya sendiri dari pelaku usahanya. Bahkan tidak ada campur tangan sedikitpun dari pemerintah. Sema dengan Tini, gerai usaha Lopek Bugi Elis juga tidak pernah sekalipun dikunjungi oleh pemerintah setempat. “Kami tak berharap juga. Takutnya nanti malah semakin repot kalau mereka berkunjung,” katanya.
Selama ini, tanpa ada campur tangan dari Pemerintah dia mengakui bahwa usaha tempat dia bekerja itu sudah cukup mapan untuk berdiri sendiri. Buktinya hampir setiap hari, sebanyak 250 kota lepat bugis itu habis. Bahkan sejumlah karyawan di tempat itu masih bisa menikmati gaji dari hasil usaha tersebut.
“Kalau ada acara-acara, juga tidak pernah kami diajak untuk ikut jualan, atau promosikan produk kami. Selama ini kami jualnya di pinggir jalan saja. Habis juga. Ada saja orang sekitar sini, atau dari luar daerah yang beli,” sambungnya.
Upaya pemerintah yang katanya akan terlibat langsung dalam melakukan promosi untuk UMKM di Riau sepertinya belum berjalan maksimal. Dengan kata lain, para pelaku UMKM masih jalan sendiri-sendiri dalam pengembangan usahanya. Sementara pemerintah sejak awal telah menggembar-gemborkan diri bahwa mereka terlibat dalam melakukan promosi hasil produk, dalam rangka penguatan basis perekonomian masyarakat lewat UMKM. Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Riau mencatat, tidak kurang ada 5.000 lebih UMKM di Riau.
Penulis: Melba