BERTUAHPOS.COM (BPC), SIAK – Penuh semangat dan ketekunan, itulah yang terpancar dari wajah anak muda berusia 19 tahun ini. Walau tidak bisa berbicara dan mendengar tak lantas membuat Yogi Suganda untuk terus berkarya dan berprestasi.
Pemuda kelahiran Siak, 5 Desember 1996 sejak lahir, divonis sebagai penyandang tuna rungu.
Kendati demikian, Anak kedua dari empat bersaudara dari keluarga sederhana ini selalu membuat orang tuanya bangga. Dengan kekurangan yang ia miliki, dirinya tetap bisa membanggakan orangtua dengan prestasi yang ia raih.
Sejak usia tingkat Sekolah Dasar, ia sempat disekolahkan di Sekolah umum. Namun dengan keadaan yang ia miliki, sontak membuat pihak sekolah harus merekomendasikan dirinya untuk bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB).
“Dulu dia sempat bersekolah di SD tapi cuma sampai kelas 4, pindah di SLB ngulang lagi dari kelas 1,”Ujar Ibu Yogi yang ikut mendampingi kepada bertuahpos. Senin (2/5/2016)
Keahliannya dalam bidang seni melukis, photograper, sketsa, karikatur, design baju, phantonim, membuat gerabah serta dalam olahraga terutama renang dan bulu tangkis, menunjukkan bahwa kekurangan tidak membatasinya untuk berprestasi.
“Yogi ini Pernah ikut lomba renang tingkat provisinsi. Alhamdullilah dapat Juara 1, Bulu tangkis juara 2 tingkat provinsi, keahlian lain juga dia mahir melukis, photografer, Karikatur, design baju, pantonim, membuat gerabah, bahkan sekarang yogi jadi ketua gerabah Riau,”ungkap ibunya.
Ia juga kembali menceritakan, keahlian dalam melukis ini terlihat sejak usia 1 setengah tahun,”Beberapa kali ibu bawa ke mini market, pasti yang dia minta crayon, dari situlah ibu lihat dia pandai gambar-gambar,”sebutnya.
Ia juga menambahkan masa yang sulit bagi anak seusianya untuk menerima kenyataan pada saat itu,bahwa dirinya berbeda dari yang lain. “Waktu itu dia pernah ibu daftarkan lomba melukis, sempat malu dan tidak mau ikut pas lihat peserta lain tidak seperti dia, ibu bujuk dan akhirnya dia mau,”ujarnya lagi.
Hingga beranjak Sekolah Menengah Pertama, sang ibu kembali menyekolahkan Yogi di SMP umum, namun hal yang sama terulang kembali, Yogi tidak bisa menyelesaikan sekolahnya di SMP tersebut.
“Waktu SMP sempat bersekolah di sekolah umum, prestasi dia bagus, dia kan nulis pake tangan kiri, eh malah saya yang dimarahin gurunya, jadi belum sampe lulus, Yogi disuruh sekolah di SLB, jadi ngulang lagi dari kelas satu,”katanya.
Melihat hal itu sang ibupun selalu mencari cara, agar anaknya bisa sekolah,
“Ibu berpikir gimana caranya dia bisa sekolah, ibu lihat di SLB sini bukannya dia bisa berkembang, jadi waktu itu dapat informasi dari dinas sosial, bahwa anak yang tuna rungu bisa mendapatkan pelatihan gratis di Jakarta selama 2 tahun, jadi ibu putuskan untuk mendaftarkan dia,”ujar ibu empat anak ini.
Dengan perasaan was-was sang ibu pun harus melepaskannya ke Jakarta untuk ikut pelatihan. Disana ia dapat berbagai macam ilmu, dan pengalaman, Dia pun ditunjuk sebagai Ketua Tuna Rungu Riau.
“Prestasi banyak, ia anaknya tekun, dan ingin terus membuktikan bahwa dia bisa, sampe pernah keluarga sedang tidak memiliki uang, dia bertanya ‘mama ada uang’ ibu pun bilang tidak, jadi ibu lihat dia termenung berfikir, akhirnya dia bikin lukisan sketsa bapak Bupati Siak, dia jual ke Pak Syamsuar, Alhamdulillah pak Bupati senang, dapet lah dia uang 5 juta,”sebutnya.
Memiliki kemauan yang keras, membuat dirinya tidak berputus asa. Saat ini Yogi telah membuktikannya dengan prestasi dan keahlian yang ia miliki.
Dengan wajah gembira dia pun bersemangat mengajarkan bahasa isyarat, disela-sela perbincangan bersama sang ibu.
Pemuda yang mempunyai cita-cita sebagi photografer handal dan pelukis ini pun mengajarkan pada kita, bahwa kekurangan yang kita miliki tidak lantas membuat kita selalu terpuruk dan berputus asa.
Penulis : Ely