BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Sumatra Utara (Sumut), Tengku Erry Nuradi, membagi pengalamannya tentang pengelolaan Migas ditanah batak tersebut. Dia mengatakan bahwa dasar pengelolaan masih sama dengan undang-undang Migas dan diperkuat dengan Peraturan Gubernur daerah itu.
Kondisi dan tantangan energi di Sumut sangat berpengaruh dengan kondisi tenaga listrik. Saat ini beban puncak 1.690 megawatt daya, mampu 1,486 megawat dan defisit daya sebanyak 204 megawatt.
“Tahun 2015 sudah berkurang tapi sampai tahun ini masih belum bisa dikurangi lebih kecil penggunaan listri. Kami minta kepada PLN supaya dimudahkan regulasinya. Banyak investor yang ingin masuk kelola listrik tapi terkendala itu,” katanya.
( Baca : Tak Bisa Berpantun, Komisioner KPK: Saya Balas dengan Doa Saja)
Khusus di daerah Nias, malah masih banyak yang menggunakan disel dan genset. Sementara untuk gas sudah mulai berkurang sementara kebutuhan terus bertambah. Gas asal Sumut mampu dijual dengan harga termahal yakni USD 12. Dia mengaku karena masalah ini Pemerintah Sumut sering dikomplen oleh sektor industri. Sebab 90 persen kebutuhan gas di Sumut diberdayakan oleh sektor industri.
“Bagaimana kita mengatasi masalah ini. Kami memberikan dukungan kepada pengembangan potensi yang ada, termasuk gas bumi dan energi terbarukan. Kami sudah teken MoU dengan Pemerintah Kabupaten Bali, untuk energi terbarukan,” sambungnya.
Sementara untuk rencana pembangunan pembangkit listrik baru masih dalam tahap penyusunan rancangan. Sedangkan untuk potensi minyak bumi di Sumut, daerah ini mempunyai cadangan minyak bumi hanya dibeberapa kabupaten saja. Sebab jumlahnya sudah sangat berkurang, yang di kelola oleh 12 perusahaan Migas di Sumut.
“Defisit kita masih ada terutama mengurangi penggunaan disel yang sangat besar sekali daya suplai dari bahan bakarnya. Sementara itu untuk defisit gas sampai 155 juta kaki kubik perhari. Sedangkan untuk tahun 2016 disuplai gas sebanyak 102 mmscfd. Harus dilakukan dengan upaya pengembangan memang,” sambungnya.
Selain itu potensi yang kini menjadi alternatif adalah pemberdayaan air dan panas bumi untuk penambahan daya listrik di daerah itu. Menurutnya, hal ini hanyalah persoalan daya saing harga. Sebab harga gas di Sumut masih sangat tinggi dibanding wilayah Jawa. Sehingga menyebabkan pelaku industri banyak yang mengeluh.
Penyampaian itu berlangsung dalam rapat koordinasi dan supervisi sektor energi tahun 2016 di gedung daerah, Jalan Diponegoro, Pekanbaru, Riau.
Penulis: Melba
Â