BERTUAHPOS.COM, INHIL – Berkeliling di tiga kabupaten Dapil 2 Riau, yakni Kabupaten Inhil, Inhu dan Pelalawan bersama Caleg DPP-RI Dr. M. Kapitra Ampera SH., MH., begitu banyak persoalan masyarakat yang dijumpai, terutama menyangkut akses mereka yang menjadi tanggungjawab pemerintah, seperti jalan dan jembatan.
Hampir di setiap kabupaten ditemukan jalan rusak, penuh lobang atau jalan tanah yang belum diaspal. Juga jembatan yang sangat tidak pantas, terbuat dari kayu yang tidak rapi, ada lobang pada pinggirnya, rawan dilalui karena bisa saja menyebabkan kecelakaan. Masyarakat pun menaruh harapan besar agar aspirasi mereka bisa disampaikan.
Berikut ini, mulai hari ini, ada beberapa catatan yang akan ditulis berseri, sebagai catatan perjalanan yang penuh ironi. Betapa di negeri yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA) ini, masyarakatnya hanya lebih banyak jadi penonton. Hak vital mereka saja belum terpenuhi. Kemana pemerintah? Kemana wakil rakyat?
Negeri yang tak Berubah
Senja telah datang ketika rombongan sampai di Sungai Luar, Kecamatan Keritang, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil). Perjalanan akan berlanjut menuju Desa Nusantara Jaya, karena di sana telah menunggu masyarakat untuk bertemu Kapitra Ampera. Berdasarkan informasi, akses jalan yang kami tempuh adalah akses jalan paling cepat untuk sampai ke tujuan, ke rumah salah seorang tokoh masyarakat Nusantara Jaya yang bernama Badar.
Berdasarkan info dari warga, kami hanya akan melalui sedikit jalan dengan kondisi buruk, berlobang dan berdebu. Ternyata, beberapa kilometer telah terlalui, jalan bukannya makin membaik, justru makin banyak lobang. Cahaya malam mulai pekat dan tanpa ada lampu jalanan, maka mobil pun terguncang-guncang.
Padahal di kedua sisi jalan terbentang kebun sawit, sejauh mata memandang, artinya sangat luas. Kebun sawit yang tentunya menghasilkan uang tidak sedikit, untuk perusahaan atau kah perorangan? Entahlah. Tentunya kebun sawit ini ada pemiliknya. Ada hasilnya.
Kebun sawit tersebut daunnya melambai-lambai, dalam gelap dan tersorot lampu mobil, seolah mengejek kami yang terlambung dan terguncang dalam mobil, oleh lobang yang harus ditempuh, karena kemanapun sisi jalan diambil, tetap saja sama, pebuh lobang menganga.
Ternyata menurut masyarakat di sana, jalan yang rusak tersebut cukup panjang, ada 11 kilometer, dan sudah sejak lama, sudah bertahun-tahun, keadaan tidak berubah. Memang ada akses jalan lain untuk mencapai beberapa desa, tetapi memutar dan lumayan jauh perbedaan waktu tempuh.
Baru sampai di rumah Badar, baru saja duduk, beberapa orang ibu-ibu yang duduk pada bagian belakang arah dapur rumah, mereka menanyakan perjalanan selanjutnya. Saat kami katakan mau ke Desa Kota Baru dan nanti akan menginap di Keritang, mereka pun mewanti-wanti, karena ada jembatan yang hanya terbuat dari papan, meski yang akan kami lewati itu jalan utama.
“Hati-hati, jembatannya terbuat dari papan, berlobang-lobang, kalau tidak hati-hati bisa masuk ke dalam sungai. Sudah sering mobil jatuh,” kata Sidar, salah seorang ibu, dan tentu membuat rombongan yang perempuan sedikit kecut hatinya.
“Semoga Pak Kapitra duduk dan bisa menyampaikan aspirasi kami. Ada anggota DPR yang telah duduk tapi tak pernah nengok kami,” sambungnya.
Meski rombongan sampai di lokasi sudah cukup malam, tapi masih banyak masyarakat yang bertahan, menunggu kedatangan rombongan Kapitra Ampera. Rupanya memang baru Caleg DPRRI Kapitra Ampera yang datang ke tempat tersebut dan masyarakat menunggu karena banyak yang ingin mereka sampaikan, terutama soal perbaikan infrastruktur, karena infrastruktur berkaitan langsung dengan peningkatan ekonomi masyarakat.
Usai berkomunikasi dengan masyarakat sekitar lebih satu jam, perjalanan kami pun berlanjut. Dan ternyata apa yang dibilang ibu di rumah Badar tadi benar adanya, soal jembatan kayu di jalan utama, jembatan kayu yang rapuh bahkan pinggirnya ada lobang.
Sementara yang lewat di jembatan ini bukan hanya pejalan kaki atau masyarakat yang naik motor, juga mobil dan truk. Sebelum mobil naik ke jembatan, hati memang dibuat kecut, takut jembatan ambruk atau mobil terguling karena rodanya masuk lobang.
Jembatan ini di Desa Kotabaru Seberida, Keritang dan berada di pusat keramaian lalu lintas. Kendaraan roda dua, roda empat, juga roda enam, yang hilir mudik di atas jembatan. Travel dan kendaraan pribadi dari berbagai arah, baik dari kecamatan tetangga wilayah selatan, maupun dari daerah lain, semua bertumpu untuk melewati jembatan ini, yang terletak di Jalan Ahmad Yani/Syekh Abdurrahman Yakub Desa Kotabaru Seberida.
Ternyata jembatan kayu ini bukan cuma satu, tapi ada tiga lokasi dan semua di jalan utama. Kondisinya juga sama. Tidak terlihat kokoh. Masyarakat juga bercerita, sudah beberapa kali terjadi kecelakaan di jembatan kayu tersebut, yang membuat mobil tercebur ke sungai.
“Kondisi jembatan seperti ini sudah sangat lama. Bukan baru-baru ini. Sudah bertahun-tahun. Tidak ada perubahan,” kata Warga.
Menanggapi kondisi ini, Caleg DPR-RI Kapitra Ampera mengatakan, ternyata memang tidak ada kebijakan pembangunan yang berpihak kepada masyarakat. Padahal selain pemerintah kabupaten juga ada wakil rakyat yang bisa menyampaikan aspirasi rakyat, langsung ke pemerintah pusat.
“Kenapa rakyat memilih? Karena ada harapan untuk perbaikan taraf hidup. Perbaikan infrastruktur. Ada perhatian yang lebih harusnya untuk masyarakat. Tetapi kenyataannya tidak. Masyarakat selalu terabaikan. Padahal infrastruktur itu erat kaitannya dengan perbaikan ekonomi masyarakat. Harusnya jadi perhatian,” kata Kapitra Ampera.
Kapitra juga mengatakan, ternyata selama ini masyarakat baru mampu memilih wakil tapi belum memilih jembatan aspirasi masyarakat. Jika yang dipilih adalah jembatan aspirasi masyarakat, tentu akan ada perhatian dan ada perbaikan kehidupan masyarakat, melalui pembangunan infrastruktur.
Kapitra juga mengingatkan masyarakat agar jangan terlena janji-janji manis para Caleg, karena saat sekarang, di bulan-bulan politik menjelang Pemilu 2024, akan banyak sekali yang menjanjikan sesuatu untuk masyarakat, bahkan kadang janji tersebut tidak sesuai nalar.
“Pilih pemimpin yang mau berbuat untuk masyarakat. Masyarakat yang melahirkan pemimpin jadi mereka pantas mengabdi kepada masyarakat,” kata Kapitra.
Kapitra juga menjelaskan, wakil rakyat di DPR-RI itu punya dana aspirasi, yang jika digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tidak ada halangannya atau boleh digunakan. Dana aspirasi diberikan dan dianggarkan oleh pemerintah untuk anggota DPR-RI agar mereka bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat di dapilnya.
“Karena itu hati-hati dalam memilih wakil rakyat. Namanya wakil rakyat, mereka harusnya mewakili kepentingan rakyat. Bukan hanya untuk diri sendiri, keluarga atau kelompok. Lihat sosoknya. Lihat latar belakangnya. Lihat dimana rumahnya. Lihat sepak terjangnya sebelum ini, jangan terbuai janji. Karena suara rakyat itu berharga,” kata Kapitra Ampera.***/bersambung
*Artikel ini diproduksi oleh Tim Kapitra Ampera