BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – WALHI Riau serukan ‘Pilah, Pilih, dan Pulih’ guna menghadapi Pemilu pada 14 Februari 2024. Seruan ini dilatarbelakangi bahwa Pemilu 2024 masih dalam cengkeraman oligarki.
Direktur Eksekutif WALHI Riau, Even Sembiring menjelaskan bahwa Pemilu 2024 merupakan momentum penting untuk membangun potensi ‘Pulihkan Riau dan Pulihkan Indonesia’ untuk lima tahun ke depan.
Walaupun momentum elektoral ini tidak boleh dimaknai sebagai sarana utama dan satu-satunya yang mampu mengantar Riau dan Indonesia lepas dari kondisi krisis.
Pemilu 2024 Masih di Bawah Cengkeraman Oligarki
Jerat era kapital tergambar dari mayoritas peserta Pemilu, baik partai politik, calon anggota legislatif, hingga kandidat Capres-Cawapres yang kental dengan aroma oligarki, menurut Evan Sembiring.
Politik transaksional merupakan agenda rutin elektoral yang ditunggu kelompok oligarki untuk melanjutkan kuasanya. Biaya politik yang sangat tinggi dilihat sebagai peluang untuk menebar janji dan mendesain praktik ijon politik dengan menjadi donatur bagi para peserta Pemilu.
Peserta pemilu yang terpilih akan diminta membalas budi dengan pemberian izin usaha atau kebijakan yang memuluskan bisnis oligarki.
Praktik-praktik kotor ini bahkan tercermin apabila menelisik sederet nama-nama oligarki yang berkontestasi sebagai peserta, sebagai peserta sekaligus petinggi partai politik, hingga berposisi sebagai tim pemenangan dan pendukung tiga pasangan Capres-Cawapres.
Dominasi kaum oligarki pada pemilu 2024 membuktikan Indonesia masih berada di sebuah era yang bernama era kapital. Dasar inilah yang melatar belakangi WALHI di 28 Provinsi secara serentak menyerukan seruan ‘Pilah, Pilih, dan Pulih’.
“Seruan pilah merupakan ajakan bagi para pemilih untuk secara cermat menentukan pilihan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melihat rekam jejak para peserta Pemilu dari praktik kejahatan konstitusi, kejahatan HAM, kejahatan lingkungan, dan riwayat pelanggaran etik. Setelah memilah hal tersebut, para pemilih kembali harus cermat memperhatikan apa visi, misi, program, dan agenda yang diusung mereka. Terakhir, kita semua harus kembali teliti melihat keterhubungan para kandidat atau peserta Pemilu dengan jaringan bisnis dan tokoh yang mendukung,” sebut Even Sembiring.
Pemilahan yang tepat akan mengantarkan pemilih menentukan pilihan berdasarkan kriteria nilai yang tepat, kriteria lesser evil, dan lepas dari jerat ketokohan.
Dalam menentukan pilihannya, WALHI Riau juga mengajak seluruh pemilih tidak sekedar memilih. Lebih jauh, para pemilih diajak untuk ambil bagian memastikan Pemilu 2024 berjalan secara jujur dan adil sekaligus mengawasi penyelenggara agar menjalankan tugas secara transparan, tidak memihak, dan bebas intervensi.
“Seruan ‘Pilah dan Pilih’ inilah yang akan mengantar kita semua pada jalan menuju ’Pulih.’ Caranya, melanjutkan tugas pasca Pemilu 2024. Berkonsolidasi untuk dua hal penting. Pertama, menagih dan memaksa calon yang terpilih agar menunaikan janjinya dan kedua, menginisiasi lahirnya kekuatan politik alternatif yang dapat berkontestasi pada proses elektoral berikutnya dengan narasi yang menaruh kepentingan kemanusiaan dan lingkungan hidup sebagai narasi utamanya,” katanya.
Memasifkan Seruan Jelang Pemilu Serentak 2024 (14 Februari 2024)
Sri Wahyuni, Wakil Ketua Dewan Daerah WALHI Riau dalam kesempatan ini membacakan seruan politik WALHI terhadap Pemilu Serentak 2024.
Saat membacakan dokumen tersebut dengan tegas menyatakan agar rakyat menolak terjebak pada janji, gimik, pencitraan dan praktik politik transaksional yang dilakukan oleh para kandidat yang berwatak curang, culas, dan ugal-ugalan.
Selanjutnya, rakyat diajak untuk berkomitmen memilih kader politik hijau yang mengusung agenda platform politik keadilan ekologis dan mengawal agenda perwujudan Pulihkan Indonesia.
”Untuk ke depan, kita sebagai rakyat harus menjadi pemilih cerdas. Dokumen ini, seruan ini, kami harap mampu memandu rakyat dalam menentukan pilihannya secara tepat,” katanya.
Tentu, tidak ada pilihan yang sempurna, menurutnya, kriteria lesser evil merupakan indikator paling tepat yang dapat digunakan untuk memilih kandidat.
Pertimbangan rekam jejak kandidat dan partai yang mengusung dapat jadi tolok ukur seberapa besar tingkat keburukan para kandidat dan paslon.
“Kriteria lesser evil juga dapat dipergunakan untuk membandingkan tawaran visi, misi, dan program kandidat mana yang lebih baik dibanding calon lainnya,” sebut Sri Wahyuni.
Semoga seruan ini dapat menjadi pedoman dalam menancapkan pondasi mewujudkan cita-cita keadilan ekologis yang lebih kokoh. Pemilu 2024 hanya langkah awal, ada prinsip pulih yang harus tetap diingatkan kepada rakyat.
Prinsip yang menjelaskan rakyat mempunyai hak tagih atas janji dan komitmen yang disampaikan oleh peserta Pemilu yang terpilih. Untuk itu, seruan politik dengan prinsip ‘Pilah, Pilih, dan Pulih’ harus di-masifkan dengan cepat jelang 14 Februari 2024.***