BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Tahun 1746. Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah, atau juga lebih dikenal dengan Raja Kecik wafat. Dia digantikan puteranya, Muhammad Abdul Jalil Muzaffar Syah atau lebih dikenal dengan nama Tengku Buang Asmara.
Saat itu, Belanda dan Kerajaan Siak memang bermusuhan dan saling berebut pengaruh di Selat Malaka. Belanda kemudian mendirikan sebuah loji atau benteng di Pulau Guntung, sebuah pulau kecil di muara Sungai Siak. Pembangunan loji ini dimulai pada tahun 1752, dan selesai pada bulan Maret 1755.
Di loji ini, Belanda menghentikan semua kapal yang menuju Siak, yang bertujuan untuk melemahkan Kerajaan Siak. Selain itu, VOC (perusahaan dagang Belanda) juga menghentikan kapal yang keluar dari Siak, dan memaksa penduduk Siak menjual hasil buminya kepada VOC, dengan harga yang ditentukan VOC.
“Belanda itu dengan sesuka hatinya juga meminta cukai kepada kapal yang berlayar menuju dan keluar Siak. Hasil bumi Siak juga harus dijual ke Belanda, dengan harga yang mereka tentukan. Tentu saja harganya murah dan tidak sesuai dengan harga pasar. Itu sama saja merampok hasil bumi Siak,” kata keturunan bangsawan Siak, OK Nizami Jamil kepada bertuahpos.com, Jumat 17 Agustus 2018.
Tindakan Belanda ini memang bertujuan untuk melemahkan akses perdagangan di Siak, yang pada akhirnya melemahkan Kerajaan Siak. Pada akhirnya, Belanda akan bisa menaklukan Siak dan menjadi penguasa satu-satunya di Selat Malaka, yang merupakan jalur perdagangan di nusantara pada waktu itu. (bpc2)