Oleh: Sofyan Siroj Abdul Wahab, Lc, MM*
MASA lalu tak lagi milik kita, namun masa akan datang terbuka peluang bagi siapa saja. Pahit getir tahun 2020 akan bermakna jika diiringi evaluasi dan proyeksi ke depan.
Di penghujung tahun tiada cara lebih baik menyikapi kecuali dua hal: merenungi yang telah dilakukan untuk diambil sebagai pelajaran dan menginventarisir yang belum dilakukan untuk dibuat sebagai target ke depan. Perspektif tadi dalam istilah kekinian disebut outlook.
Jika kita google kata outlook bermakna: melihat prospek ke depan. Istilah outlook berasosiasi dengan dunia ekonomi dan bisnis, tapi aplikasinya bisa luas. Outlook pas diangkat karena dengan berpandangan ke depan maka secara mental kita lebih siap merespon keadaan.
Dalam menjalankan roda pemerintahan outlook sangat diperlukan. Prediksi dan proyeksi akan menambah rasa percaya diri organisasi pemerintah jalankan agenda dan hadapi tantangan. Tanpa itu pemerintahan berjalan tanpa arah dan grasa-grusu. Persis situasi di level nasional saat ini yang terus kisruh. Pangkalnya, urusan receh dibesarkan sementara masalah besar –entah sengaja- justru dikesampingkan. Akibatnya waktu, energi dan pikiran bangsa dipakai untuk hal remeh-temeh. Negara pun terperangkap dalam pusaran situasi yang tidak sehat. Lantas apa guna jargon perbaikan ekonomi dan regulasi ramah investasi jika tidak diiringi iklim kondusif. Ekonomi butuh kestabilan politik dan sosial. Ini tak bisa diwujudkan melalui pencitraan di media apalagi pendekatan represif. Harus terkonsep, tersistematisasi dan bersinergi.
Mulai keterbukaan mendengar aspirasi dari bawah (daerah) kemudian kembali dalam bentuk kebijakan terarah. Kerja tersebut butuh proses dan terlalu naif mengharap kesempurnaan total.
Tantangan Riau
Di tahun 2021 Provinsi Riau dituntut lebih baik. Mengingat pandemi belum tampak ujungnya, dampak ke depan perlu disiasati sedemikian rupa. Apalagi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau masih dihantui masalah anggaran: mengejar pendapatan dan membelanjakan. Akan tetapi hal tadi bukan masalah utama.
Paling penting sejauhmana kesiapan Kepala Daerah dan perangkatnya mengenali isu strategis dan dan permasalahan ke depan serta langkah menyikapinya. Selagi siap apapun tantangannya insya Allah bisa diatasi.
Menyikapi situasi terkini, kami di lembaga legislatif memahami organisasi Pemprov paska masalah hukum menerpa Sekretaris Daerah saudara Yan Prana. Kami juga mengapresiasi gerak cepat menunjuk Pelaksana Harian (Plh) -meski ada silang pendapat mengingat keterbatasan Plh menjalankan kewenangan. Harapan kita cuma satu, jangan sampai berimbas pada kinerja organisasi secara keseluruhan dan pengambilan keputusan strategis ke depan.
Bicara ke depan, meski 2020 di luar ekspektasi tapi Riau punya modal berharga. Secara politik, keberhasilan menggelar Pilkada serentak patut diapresiasi. Hanya saja di sisi penyelenggaraan pemerintahan banyak PR. Koordinasi internal Pemprov dan dengan Pemerintah Kabupaten/Kota belum berjalan dengan baik.
Tugas mandatori dan kewajiban utama belum berjalan secara ideal. Salah satu dampaknya kinerja program penanganan wabah Covid-19 dan program pemulihan ekonomi yang mengecewakan. Bahkan Riau masuk 4 besar nasional penyumbang kasus.
Mirisnya kinerja dan realisasi APBD Riau 2020 untuk kegiatan hasil refocusing guna mengatasi dampak pandemi justru mengecewakan. Konsekuensi buruknya kinerja, Pemprov Riau kehilangan kesempatan atas Dana Insentif Daerah (DID). Kendala komunikasi organisasi dan komunikasi politik tadi harus diatasi agar tidak berulang.
Selanjutnya menyinggung belanja publik seperti pendidikan, kesehatan dan belanja modal (infrastruktur) di tahun 2020, kinerjanya senasib. Di tahun 2021 harus diperbaiki agar Riau tidak makin ketinggalan. Sejumlah agenda prioritas seperti: peningkatan SDM berkualitas dan berdaya saing, pembangunan lingkungan hidup dan agenda utama lainnya perlu digesa.
Keterbatasan anggaran bukan alasan menunda kegiatan pembangunan apalagi terkait pemenuhan pelayanan dasar. Asal belanja bisa disiasati untuk memberi ruang di APBD 2021 mengantisipasi kebutuhan selama pandemi. Selanjutnya, kesiapan dan perhatian juga diperlukan menyikapi dua isu strategis di tahun 2021: agenda perubahan Perda tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 2018-2038 dan Perda tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2019-2024.
Menimbang nilai strategis kedua regulasi yang telah masuk Program Pembentukan Perda tahun 2021 itu, sedari awal Pemprov harus membuka pintu dari masukan dan partisipasi elemen masyarakat dan stakeholder.
Beranjak ke ekonomi, Riau punya keuntungan sebagai magnet berinvestasi, salah satunya disebabkan posisi strategis dan situasi politik yang relatif nyaman dari gejolak. Terbukti sepanjang 2020 nilai investasi di Riau cukup menjanjikan.
Pandangan positif ini harus dijaga dengan memperkuat agenda yang punya andil membentuk iklim yang mendukung aktivitas ekonomi masyarakat dan investasi dengan memperkuat stabilitas politik, Hankam dan transformasi pelayanan publik. Kemudian untuk mendistribusikan kesejahteraan melalui agenda pengembangan wilayah untuk mengurangi kesenjangan dan menjamin pemerataan.
Adapun menyikapi pemulihan ekonomi, kuncinya ada pada realisasi program PEN di daerah. Baik itu dukungan terhadap industri dan teristimewa bagi UMKM. Termasuk upaya pemulihan daya beli masyarakat dan penganggaran program jaring pengaman sosial. Kembali ke agenda perubahan RPJMD, perlu pemutakhiran data terkait kemiskinan dan sebagainya.
Dengan begitu ke depan kebijakan lebih terarah dalam upaya meminimalisir ketimpangan dan penambahan angka kemiskinan. Selain PEN, integrasi kegiatan lintas sektoral di organisasi Pemprov juga dibutuhkan untuk pemulihan ekonomi. Mengoptimalkan peran BUMD dalam menjalankan tugas dan kewajiban menggerakan perekonomian daerah dan memberi kemanfaatan umum bagi masyarakat Riau sebagaimana digariskan peraturan perundang-undangan.
“Ban Depan”
Terakhir, dalam keadaan sulit seperti sekarang memang sukar menentukan langkah ke depan yang penuh ketidakpastian. Namun bukan berarti mustahil untuk dilakukan. Momentum sulit justru pelecut semangat untuk bangkit, membalikan sikap pesimistis dan menjauhkan mental malas.
Kepala daerah diharapkan dapat menjawab kepercayaan dan amanah yang telah diberikan masyarakat Riau melalui komitmen dan kinerja. Pemda Riau harus merubah mindset dengan filosofi “ban depan”. Mengutip analogi di salah satu artikel di Manufacturing Hope, Dahlan Iskan pernah berkata “jangan mau jadi ban belakang, nanti cepat gundul. Karena terus mikir bagaimana cara bisa mengejar ban depan”.
Analogi tadi bermaksud Riau harus menjadi yang terdepan dan bisa menginspirasi setidaknya untuk wilayah Sumatera. Untuk menuju ke sana tentu Riau harus membuktikan diri sebagai yang terbaik melalui kinerja Pemdanya. Berbekal mindset tersebut, Riau menularkan optimisme bahwa dalam keadaan sesulit apapun kita sebagai bangsa Indonesia selalu mampu untuk bangkit.***
*Penulis adalah Anggota Komisi III DPRD Provinsi Riau. (Seluruh materi dalam artikel ini menjadi tanggung jawab penulis).
Redaksi Bertuahpos.com menerima tulisan dalam bentuk opini atau tulisan lepas lainnya. Karya tulis dapat dikirim ke alamat email: redaksi@bertuahpos.com.