BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Para ulama tidak hanya sekedar memikul amanah untuk menyampaikan kebajikan kepada umat. Ulama, pada dasarnya memiliki tanggung jawab yang lebih besar dari itu.
Hal ini diungkapkan oleh Ketua Umum MUI Pusat KH Miftachul Akhyar. Adapun tiga tanggung jawab ulama yakni, ulama bertanggungjawab terhadap diri sendiri, kedua tanggung jawab kepada bangsa, dan terakhir kepada Allah SWT.
“Kita memerlukan menghidupkan kembali mas’uliyah, rasa tanggung jawab. Tanggung jawab diri pribadi kepada dirinya, kemudian tanggung diri di hadapan bangsa yang semakin menipis dan mengkhawatirkan, dan terakhir tanggung di hadapan Allah SWT,” ujarnya seperti dikutip dalam situs resmi mui.or.id.
Miftach menyampaikan, penghidupan tiga tanggung jawab itu penting untuk merespon kondisi sekarang yang masuk era kegoncangan.
Bukan sejenis kegoncangan gempa maupun sejenisnya, tapi kegoncangan menipisnya kesadaran beragama. Menipisnya pula kemampuan membedakan mana yang haq (benar) dan mana yang bathil (salah).
Dia menambahkan, di dunia ini, ada dua jenis keculasan/perselingkuhan yang paling berbahaya. Selain perselingkuhan kekuasaan, bagian lainnya adalah perselingkuhan ilmu pengetahuan.
Bila terpeleset, ulama bisa masuk dan menjadi bagian dari perselingkuhan ilmu pengetahuan itu. Maka di sini lah tanggung jawab itu perlu dihidupkan kembali.
“Ketika terjadi perselingkuhan orang-orang pandai, di sini adalah kita yang bisa mengganti untuk mewujudkan itu. Jadi ini kewajiban untuk merespon sebuah dinamika. Bagaimana Islam bisa memberikan maslahat atau hikmah,” papar beliau.
Tanggung jawab itu, tutur Kiai Miftach, tidak lepas dari peran MUI yang ingin menjadikan dirinya sebagai pusat opini moral. Ini membuat MUI bisa menyadarkan umat akan problem akhlak umat secara umum.
“Mudah-mudahan nantinya MUI bisa menjadi mitra yang berkualitas dan khodimul ummah yang bisa memberikan pengobatan yang pas dan terkontrol kepada umat,” ujarnya. (bpc2)