بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Wasshalaatu wassalaamu ‘alaa Muhammadin wa aalihi ma’at tasliimi wabihii nasta’iinu fii tahshiilil ‘inaayatil ‘aammati wal-hidaayatit taammah, aamiin yaa Rabbal ‘aalamiin.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, aamiin yaa Rabbal ‘aalamiin”.
Allah SWT berfirman dalam Surat Al Hujuraat 12 :
يَآ أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۚ إِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ ۞
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”
Bagi seorang Salik dalam bertarekat tentulah berbeda dengan awam pada umumnya, dimana persangkaan buruk kepada orang lain tetap dikenakan hukuman walaupun hanya tercetus di dalam hati dan tidak menyatakannya kepada orang lain apalagi mempergunjingkannya.
Mursyid kami Mama Arjaen dalam sebuah amalan doa yang biasa kami lakukan ada kalimat Kereteging Ati obahing netra bahwa suara hati kita bisa mempengaruhi pandangan mata. Bila hati kita memulai dengan tidak suka kepada orang lain maka apapun yang dilakukan orang tersebut akan nampak buruk dalam pandangan kita.
Ya muqollibal qulub (يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ) adalah petikan doa bahasa Arab yang memiliki arti “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati”. Dzat yang dimaksud di sini adalah Allah Swt, Tuhan yang Maha membolak-balikkan hati manusia. Maka marilah sama-sama mensucikan hati kita dengan selalu memohon do’a agar Allah Sang Pembolak balik hati meneguhkan hati kita agar selalu berjalan pada jalan yang diridhoiNya. Aamiin.
Kemudian daripada itu, ada sebuah kisah teladan yang sangat baik tentang Mursyid kami yang mulia dengan seorang pengemis dan kejadian inipun sering terjadi pada diri kita.
Ketika Abul Qasim al-Junaid sedang berkhotbah, salah seorang pendengarnya bangkit dan mulai mengemis.
“Orang ini cukup sehat,” Abul Qasim al-Junaid berkata di dalam hati. “Ia dapat mencari nafkah. Tetapi mengapa ia mengemis dan menghinakan dirinya seperti ini?.”
Malam itu Abul Qasim al-Junaid bermimpi, di depannya tersaji makanan yang tertutup tudung.
“Makanlah!.” Sebuah suara memerintah Abul Qasim al-Junaid.
Ketika Abul Qasim al-Junaid mengangkat tudung itu, terlihatlah olehnya si pengemis terkapar mati di atas piring.
“Aku tidak mau memakan daging manusia.” Abul Qasim al-Junaid menolak.
“Tetapi bukankah itu yang engkau lakukan kemarin ketika berada di dalam masjid?”.
Abul Qasim al-Junaid segera menyadari bahwa ia bersalah karena telah berbuat fitnah di dalam hatinya dan oleh karena itu ia dihukum.
“Aku tersentak dalam keadaan takut,” Abul Qasim al-Junaid mengisahkan. “Aku segera bersuci dan melakukan shalat sunnat dua raka’at. Setelah itu, aku pergi ke luar mencari si pengemis. Kudapatkan ia sedang berada di tepi sungai Tigris. Ia sedang memungut sisa-sisa sayuran yang dicuci di situ dan memakannya. Si pengemis mengangkat kepala dan terlihatlah olehnya aku yang sedang menghampirinya.”
Maka bertanyalah ia kepadaku: “Abul Qasim al-Junaid, sudahkah engkau bertaubat karena telah berprasangka buruk terhadapku?”
”Sudah,” jawab ku,
“Jika demikian pergilah dari sini. Dia-lah Yang menerima taubat hamba-hamba-Nya. Dan jagalah pikiranmu.”
Semoga Allah menyayangi kita semua dengan selalu memberi ilmu pengetahuan yang baik agar kita terhindar dari berburuk sangka. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.
______________________________________
Oleh: Dr. Supardi, SH., MH.,
Kepala Kejaksaan Tinggi Riau
Als. Rd Mahmud Sirnadirasa