Karakter seorang yang ingin menjadi pengusaha itu seperti akar sebuah pohon. Jika pohon tumbuh tinggi, tapi tidak ditopang dengan akar yang kuat, maka pohon tak akan mampu bertahan dan akan tumbang.
———
— Lipsus Hari Kartini 2020 (Bagian 2) —
Karir bisnis dibangun Kartini, SKM saat dia berusia 42 tahun. Sekali lagi ini adalah bukti bahwa tak ada kata terlambat untuk memulai sebuah usaha.
Kelebihannya bukan uang, tapi tekad untuk berhasil dan kegigihan untuk menggapai mimpi. Semua ini berhasil dia wujudkan dalam waktu cukup singkat, lebih kurang lima tahun saja.
Merintis sebuah bisnis dengan penuh lika-liku dan berkelok-kelok. Menyita banyak waktu, tenaga, pikiran bahkan harus berjuang dengan menahan perasaan sendiri.
Hijrah dari PNS ke wirausaha bukan keputusan mudah. Butuh pertimbangan matang dan kesiapan mental untuk menanggung segala bentuk risiko yang bakal dihadapi kedepan. Sekali lagi, bukan Kartini namanya, kalau dia mundur.
“Saya PNS bidan, jadi selesai jam kerja saya buka praktik bidan di rumah. Itu keuntungannya, kita bisa praktik mandiri di luar jam dinas,” katanya.
Dia kemudian sadar, kepuasan yang didapat ternyata saat dia bergelut membantu banyak orang di rumahnya. Sebab saat dinas, dia hanya bisa melayani masyarakat sesuai dengan porsi tugas yang telah di tentukan.
Sedangkan dengan praktik mandiri di rumah, dia bisa membantu masyarakat dalam banyak hal. Mulai dari periksa kehamilan, membantu melahirkan, bahkan orang sakit biasa juga dia layani. Bagi Kartini, walau hanya bidan, masyarakat tetap menuntut dirinya untuk serba bisa.
“Merasa puas. Banyak orang yang minta tolong, terus kita bisa nolong. Di situ mulai ada rasa di benak saya, bahwa hidup ini kan harus bertumbuh. kalau saya begini-begini saja, saya kapan bertumbuhnya,” ujar Kartini.
Itulah awal terbesit kalau dia ingin berhenti menjadi seorang PNS. Sebab menjalani bisnis harus dilakoni dengan fokus. Sedangkan jika dia tetap berstatus sebagai PNS dipastikan hasil yang akan didapat tidak akan maksimal.
Setelah berhenti secara total dari PNS, langkah pertama yang dilakukan Kartini yakni mengembangkan klinik bersalin nya menjadi RS Bersalin.
Bagi sebagian rekan-rekannya, sikap yang diambil Kartini tergolong berani dan di luar apa yang dilakukan kebanyakan orang. Hal ini tentu saja menjadi beban baginya, ketika usaha yang dia bangun gagal.
Sebagai manusia biasa, lumrah jika terpikirkan bagaimana pandangan negatif yang akan dia terima dari rekan-rekan dan keluarganya. Gagal mengembangkan usaha, walaupun dalam dunia bisnis, itu hal biasa.
Beruntung, rasa cemas berhasil dikelola dengan baik sehingga menjadi sebuah motivasi besar bagi Kartini untuk maju. Keberhasilan menjadi tantangan dan titik akhir yang sudah dia tancapkan sebagai terget dalam pencapaian bisnisnya.
Sekali lagi, dia menunjukkan bahwa kegigihan tak akan mengkhianati hasil. Dengan upaya kuat, Kartini berhasil mengangkat kelas kliniknya menjadi Rumah Sakit Bersalin Annisa. Rumah sakit itu hingga kini masih bercokol di Jalan Garuda, Pekanbaru. dan berkembang menjadi RSIA Annisa.
Selain itu, dua klinik bersalinnya juga masih berdiri di Jalan Garuda Tangkerang tengah dan Jalan HR Subrantas Pekanbaru.
“Bisnis dengan merintis sendiri dari nol adalah pilihan hidup saya. Hambatan, halangan dan tantangan pastilan ada. Tapi saya tak berhenti belajar, sampai saya sadar, apa yang saya lakukan ini, benar.”
Dalam prolog bukunya yang berjudul: Tersesat di Jalan yang Benar, Kartini menuliskan bagaimana pengalaman hidupnya dalam proses merintis sebuah bisnis dengan penuh lika-liku dan berkelok-kelok. Menyita banyak waktu, tenaga, pikiran bahkan harus berjuang dengan menahan perasaan sendiri.
Dengan latar belakang PNS, jaminan hidup dan status sosial yang baik di tengah masyarakat dan keluarga, hal ini tentu saja menjadi sebuah yang “berdarah-darah”. Keluarga tentu saja menolak, suami minta keputusan itu dipertimbangkan.
“Namun keyakinan dalam hati saya sudah tertancap mantap. Keputusan sudah bulat, tekad kian meluap. Tentu saja hati sulit tergoyahkan. Bisnis dengan merintis sendiri dari nol adalah pilihan hidup saya. Hambatan, halangan dan tantangan pastilan ada. Tapi saya tak berhenti belajar, sampai saya sadar, apa yang saya lakukan ini, benar.”
Perjalanan hidup ini dituangkannya dengan lebih apik dalam buku tersebut. Semua diceritakan secara detail. Di sini, Kartini juga berbagi bagaimana selayaknya sebuah bisnis itu di bangun. Bukan hanya sebatas modal materi, tapi yang terpenting adalah penguatan Karakter.
Kartini mengibaratkan bahwa karakter seorang yang ingin menjadi pengusaha itu seperti akar sebuah pohon. Jika pohon tumbuh tinggi, tapi tidak ditopang dengan akar yang kuat, maka pohon tak akan mampu bertahan dan akan tumbang. Begitulah membangun bisnis. Seberapapun besar bisnis yang dibangun, jika karakter pelaku usahanya tidak kuat, pasti akan roboh.
“Apa yang dialami Ibu Kartini, mungkin juga dialami oleh banyak orang. Tapi bedanya, Kartini mengambil keputusan dan berbuat, dengan mengelola pikiran positifnya. Keputusan Anda saat ini, akan menentukan nasib Anda lima tahun kedepan.
Ipo Santosa, Pakar Otak Kanan & Penulis buku mega-best seller dalam sebuah tenstimoninya di Buku Tersesat di Jalan yang Benar, mengungkapkan, siapapun yang ingin mapan secara finansial, “Maka belajarlah dari kisah Kartini, SKM,” katanya.
Kata Ongky Hijanto, Inspirator Sukses di Indonesia, siapapun sepakat bahwa pengalaman adalah guru paling berharga. Bahkan, hingga kini tak satu ada yang berani menyangkal itu. Orang yang dengan terbuka membagikan pengalamannya kepada orang lain, merupakan sebuah kesempatan bagi kita untuk bejalar bijaksana dari orang itu.
Salah satu cara belajar yang paling efektif yakni belajar dari pengalaman orang lain. Meniru jejak yang baik bukanlah hal yang tercela. Hampir semua orang-orang besar belajar dari kesalahannya dan menjadi pengalaman orang lain sebagai pegangan hidupnya. (bpc3) – Bersambung…
BACA: Lipsus Hari Kartini 2020