BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau mencatat penurunan angka kemiskinan di Riau sangat sedikit. Padahal jika melihat sumbangan produk domestik regional bruto (PDBR) Riau terhadap nasional, harusnya mampu menekan angka kemiskinan dalam persentase yang besar. BPS Riau mencatat jumlah penduduk miskin di Riau per September 2018 sebanyak 494 ribu jiwa. Hanya turun sekitar 0,20 persen jika dibandingkan dengan September 2017 lalu.
“Menurut saya ini perlu ditelisik akar masalahnya dimana, memang ada penurunan namun angkanya sangat sedikit sekali. Bahkan saya berkeinginan masalah kemiskinan di Riau sebaiknya di dudukkan dengan Gubernur Riau yang baru supaya lebih memahami terhadap masalah ini agar bisa dicarikan solusinya sama-sama,” kata kepala BPS Provinsi Riau, Aden Gultom, Jumat, 1 Februari 2019 di Pekanbaru.
Dia menambahkan, jika merujuk pada angka pengeluaran untuk kebutuhan makanan, seseorang dengan pengeluaran sebesar Rp487 ribu/orang/kapita/bulan, artinya seseorang yang berpenghasilan sekitar Rp1,9 juta/bulan untuk menghidupi istri dan 2 anak, masih masuk dalam kategori miskin. Andil makanan terhadap angka kemiskinan di Riau sebesar 72 peren, sedangkan sektor non makanan sekitar 27 persen.
BPS mencatat diantara komoditi yang memberi andil besar terhadap angka kemiskinan pada September 2018 yakni beras, rokok kretek, daging sapi, telur ayam dan lain-lain. “Sedikit saja komoditas ini mengalami kenaikan harga akan sangat berpengaruh terhadap angka kemiskinan. Oleh sebab itu perlu obat yang ampuh untuk mengatasi masalah seperti ini,” sambungnya.
Sementara jika melihat disperitas kemiskinan berdasarkan wilayah, msyarakat yang hidup dipedesaan lebih tinggi jika dibandingkan dengan penduduk miskin di wilayah perkotaan. Per September 2018 penduduk miskin di wilayah pedesaan sekitar 7,8 persen. Sedangkan untuk wilayah perkotaan hanya 6,25 persen.
Aden menyebut, faktor terkait kemiskinan di Riau yang begitu berpengaruh, yakni upah riil buruh tani harian naik hanya sebesar 2,49 persen, namun beban pengeluaran besar akan ditanggung oleh pemilik kebun sehingga membuat pendapatan berkurang karena upah yang dikeluarkan tak sebanding dengan penghasilan yang diterima.
Faktor terkait lainnya, yakni Inflasi umum cukup rendah. Namun inflasi yang diderita orang miskin jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi umum. Misalnya orang miskin beli gula tidak per kilo tapi per seperempat, yang harganya lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga per kilonya. Atau kecenderungan orang miskin yang mebeli rokok dengan batangan. Jika diakumulasi biaya yang dikeluarkan orang miskin untuk membeli jauh lebih tinggi. (bpc3)