BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Ratusan produk madu berjejer rapi pada rak-rak besi di dalam sebuah gerai yang didominasi dinding kaca, dengan berbagai model kemasan premium. Hampir setiap hari, digerai ini selalu didatangi konsumen. Mulai dari para ‘maniak’ madu, mereka yang sekadar untuk buah tangan (oleh-oleh), hingga konsumen yang butuh madu untuk obat dan kebugaran.
Gerai kaca ini letaknya persis di sebelah kanan halaman rumah utama milik Lenny Listriyani. Dari sini, konsumen dapat melihat langsung sarang-sarang lebah kelulut (Meliponini) yang ditata sedemikian rupa, berhiaskan bunga-bunga dan pohon. Halaman ini lebih tepatnya disebut taman mini yang mengolaborasikan konsep modern natural.
Selain gerai tadi, taman ini menjadi tempat favorit pengunjung, setelah atau sebelum melihat koleksi produk madu di gerai. Mereka bisa melihat langsung bentuk sarang lebah kelulut, bertanya bagaimana cara memeliharanya, apa bagian yang paling istimewa, dan bisa melihat langsung bagaimana proses pengolahannya.
Tempat ini tak cuma menyuguhkan berbagai produk madu berkualitas kepada customer, tapi juga jadi pusat produksi Madu Wilbi, yang beralamat di Kecamatan Kuok, Kampar, Riau. “Beberapa kali kami pernah ke sini untuk beli madu,” kata Ariyanto, seorang customer dari Sumatera Barat, kepada Bertuahpos.com, Selasa, 28 November 2023.
Dia sengaja berkunjung ke gerai Madu Wilbi untuk membeli madu sebagai oleh-oleh. “Karena sebelumnya sudah pernah beli Madu Wilbi, jadi kami sudah tahu kualitasnya,” ujarnya.
Owner Madu Wilbi, Lenny Listriyani bercerita, hadirnya Madu Wilbi, berangkat dari rasa keprihatinan sang suami, Purnomo, tatkala mendapatkan ratusan ton hasil panen madu dari hutan alam oleh petani, hanya tertumpuk di sudut-sudut rumah mereka, karena terkendala sulitnya pemasaran pada tahun 2000 silam.
Kebetulan, Purnomo ketika itu bekerja sebagai seorang peneliti Litbang di Dinas Kehutanan Provinsi Riau di Pekanbaru. Dia sering bertemu dengan petani lebah, berdiskusi untuk keperluan penelitiannya. Sekali panen, kelompok petani ini bahkan mampu mengumpulkan hingga 260 ton. Di situ, dia menyaksikan hasil panen madu melimpah, sedangkan pasar minim. Madu itu hanya menumpuk di sudut-sudut rumah dan harganya sangat murah.
Sekian lama fokus pada komoditi ini, Purnomo tentu paham betul khasiat madu untuk kesehatan. Berbekal dari pengetahuannya itu dan berdiskusi panjang dengan sang istri, mereka sepakat membuat sebuah usaha yang menjual produk madu dari petani dengan pola kemitraan.
Menariknya, gagasan awal membuka usaha ini, bukan semata-mata bicara untung rugi, tapi lebih untuk membantu para petani lebah di Kampar, agar hasil panen terserap pasar dan ekonomi mereka turut bangkit.
“Produknya waktu itu, masih madu curah. Kami hanya menampung sebagian dari hasil panen madu petani untuk dipasarkan. Bapak kan punya banyak kenalan dan relasi-relasinya. Seiring berjalannya waktu, peminat pasar terhadap madu lebah alam kian meningkat,” kata Lenny.
Respon pasar yang semakin bagus, membuat Lenny bersama sang suami berkeinginan untuk mengembangkan produk, dari awalnya madu curah menjadi turunan madu namun tak mengurangi kualitasnya. Tahun 2010, Purnomo menjaminkan SK PNS-nya sebagai agunan untuk mengajukan pinjaman ke Bank Rakyat Indonesia (BRI) dengan nominal Rp50 juta.
Modal itu dipakai untuk membuat mesin dan peralatan menunjang produksi, yang didesain dengan rekayasa sendiri. Madu yang disuplai dari petani kemudian diproses dengan teknik khusus, seperti menurunkan kadar air—dari 27 persen saat diambil dari petani—diturunkan menjadi 22 persen. Kadar air merupakan salah satu indikator madu berkualitas.
“Selain itu, ada pula mesin pengemasan, dan lain-lain. Nah, untuk kadar air 22 persen pada madu, itu sudah standarnya (SNI). Kemudian terus berlanjut, seiring berjalan waktu kita labeli dengan merk Madu Wilbi,” tuturnya.
Merk Madu Wilbi sudah terdaftar sebagai hak cipta atau HAKI di Kemenkum HAM. Selain itu, produk turunan yang dihasilkan juga sangat variatif. Saat ini, ada sebanyak 30 jenis produk turunan yang diproduksi Madu Wilbi. Adapun produk unggulannya adalah madu propolis, madu formula, madu royal jelly, madu bee pollen.
Selain itu, turunan lainnya tetap menjadikan madu sebagai bahan baku utama, namun disesuaikan dengan kebutuhan konsumen, seperti madu kebugaran yang dikombinasikan dengan rempah-rempah, termasuk memproduksi lilin dan sabun sebagai produk turunan lain dari lebah, selain madu.
Kualitas Madu Wilbi memang sudah terjamin. Hal itu dibuktikan dengan 8 sertifikat izin edar BPOM dan Halal dari MUI. Tak cuma itu, dukungan dari berbagai pihak berdatangan, mulai dari pemerintah hingga perbankan.
Sejak tahun 2017, kata Lenny, BRI telah berkontribusi dalam hal pemasaran secara digital dengan menghadirkan Madu Wilbi ke Mal of Indonesia sebagai salah satu produk unggulan, dan dipasarkan secara digital.
Kontribusi BRI bukan cuma itu, Madu Wilbi telah dipilih sebagai mitra oleh-oleh resmi BRI Regional Pekanbaru untuk diberitakan sebagai buah tangan kepada para tamu, berupa paket hampers madu. Bahkan, produk dari Madu Wilbi terpilih dalam program UMKM Expo Brilianpreneur di Jakarta Convention Center, pada Desember 2023.
Selain itu, berbagai penghargaan juga telah dirain seperti Sidhakarya dari Gubernur Riau, Piala Paramakarya Presiden dan diserahkan langsung oleh Wapres KH Maruf Amin kategori inovasi, serta dari Kemenaker pada 2019 silam dan berhasil kantongi sertifikat SNI pada pertengahan 2021.
Ke depan Lenny berharap kerja sama dengan BRI terus berlanjut, terutama dalam membuka ruang pasar lebih luas, agar produksi Madu Wilbi bisa terus meningkat.
Regional CEO BRI Pekanbaru, Kicky Andrie Davetra mengapresiasi upaya keras Lenny dan sang suami dalam membangun usaha Madu Wilbi.
“Pada prinsipnya, ada 3 hal yang kami lakukan dalam mendukung tumbuh kembang UMKM, termasuk di Riau. Yakni akses pembiayaan, memberikan fasilitas penunjang UMKM, dan pemanfaatan layanan transaksi bisnisnya,” tuturnya di Pekanbaru.
Dia menyebut, BRI menyadari bahwa buyer (pasar) menjadi faktor paling urgen bagi UMKM untuk berkembang. BRI menyediakan berbagai sarana digital yang bisa dimanfaatkan UMKM untuk menjual produknya, sehingga dapat menjangkau pasar yang lebih luas.
Adapun beberapa kendala yang dihadapi UMKM, menurutnya, yakni akses informasi masyarakat yang sangat terbatas. Padahal, ada banyak fasilitas dan produk perbankan yang bisa dimanfaatkan untuk menunjang pertumbuhan UMKM di Riau.
Kicky menegaskan bahwa BRI sangat konsen pada UMKM. Tak cuma dari sisi digitalisasi pasar, tapi juga mempermudah UMKM untuk mendapatkan pembiayaan. Salah satunya lewat BRISpot.
“Bahkan lewat smartphone bisa langsung di-approve. Artinya, digitalisasi dihadirkan mempermudah semua proses itu,” ujarnya.***